Lihat ke Halaman Asli

WS Thok

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Tokoh Wayang Favorit

Diperbarui: 4 April 2017   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_113312" align="aligncenter" width="500" caption="Wayang Kulit"][/caption]

“Kalau boleh tahu, dari sekian banyak tokoh wayang itu, favorit Pak WS yang mana?”

Itu adalah pertanyaan dari seorang teman melalui e-mail, setelah membaca tulisan “Tokoh-tokoh Wayang dengan Kelainan Fisiknya” yang saya kirim belum lama ini. Wayang yang dimaksudkan adalah wayang purwa, yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, angan saya melayang ke masa kecil, ketika belum terlalu tahu tentang wayang. Arjuna adalah tokoh wayang favorit saya, salah satu ksatria Pendawa yang tampan, sakti dan selalu membela kebenaran. Kemana saja selalu diikuti dan dihibur oleh punokawan Semar dan anak-anaknya.

Setelah membaca beberapa cerita wayang, sering mendengarkan melalui radio, televisi dan menonton langsung pertunjukan wayang (kulit dan orang), saya jadi lebih tahu karakter beberapa tokoh wayang yang sering ditampilkan. Sebagaimana diketahui, ada 707 nama-nama pelaku dalam wayang (pelaku manusia saja), ditambah sekitar 30 nama pelaku dari dunia atas/dewa. Namun, jumlah minimal yang biasa dimainkan ada 200 wayang, sedangkan 114 wayang lainnya dipajang di kiri-kanan layar. [1]

Semua nama itu mempunyai keterhubungan (cerita) yang erat, sedangkan bahasa wayang adalah bahasa drama, sehingga bisa dikata wayang menjadi repertoire yang paling lengkap di antara bentuk-bentuk drama yang ada di dunia. Berbeda dengan drama-drama umumnya yang hanya beberapa lakon dan melibatkan beberapa nama pelaku saja. Buku Ensiklopedi Wayang Indonesia mencatat sinopsis wayang sejumlah 274 lakon pakem dan carangan. Lakon itu misalnya: Jagad Gumelar, Rama Tambak, Anoman Obong, Gatotkaca Lair, Wahyu Makutarama, Yudayana Ical, Semar Mbabar Jatidiri, Banjaran Kumbakarna, dll. [2]

Sesuai filosofi penciptaannya, wayang sebagai ekspresi/bayangan sifat tertentu manusia. Tokoh wayang dibedakan dalam flat characters dan round characters. Flat characters, pelakunya digambarkan sebagai hitam atau putih, baik 100% atau jahat 100%. Sedangkan round characters, pelakunya digambarkan sebagai tidak selamanya baik atau tidak selamanya jahat [1]. Falsafah Jawa menganggap manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, sehingga dalam perkembangannya, tokoh-tokoh wayang diciptakan ada kekurangannya (bisa sifat atau fisik), termasuk dari kalangan dewa sekalipun, yang sempurna hanya Tuhan YME.

Umumnya tipologi dalam wayang adalah tipologi manusia ideal. Yang menganggap wayang mempunyai flat characters, tentu saja akan mengidolakan tokoh-tokoh wayang yang mempunyai sifat ideal saja, dan mengabaikan sifat buruknya. Bagi yang menganggap wayang mempunyai round characters, masih akan memperhatikan sifat-sifat buruknya selain sifat idealnya, menganggap karakter wayang tidak sempurna, tetapi ada sisi negatifnya pula. Sebaliknya, ada juga yang mengidolakan golongan hitam/jahat, karena dirasa masih ada ‘sifat positif’nya dan tentu saja perlu membuang sifat buruknya. Meski Dasamuka tokoh jahat, namun masih bias ditiru ‘keteguhan’nya dalam mengejar tujuan.

Seperti tokoh Arjuna, selain karakter ideal yang saya sebutkan di atas, sisi negatifnya adalah sifat iri hati yang berakibat mencelakai orang lain. Ia iri terhadap kepandaian memanah Ekalaya, sekaligus iri terhadap Dewi Anggraini yang cantik dan setia, istri Ekalaya. Rasa irinya menyebabkan putusnya ibu jari Ekalaya sehingga tidak mahir memanah lagi. Sering dipentaskan dalam lakon “Palguna-Palgunadi”. Sifat negatif lainnya adalah ‘thukmis’, tak tahan melihat cewek wayang yang cling dan tak segan-segan merayu, mentang-mentang tampan.

Teman saya lainnya mengidolakan Setyaki, karena merasa mempunyai sifat dan gambaran “perawakan” kiyeng seperti Setiyaki. Setiyaki adalah patih kerajaan Dwarawati (rajanya bernama Prabu Kresna) itu sebagai tokoh wayang yang memegang teguh keperwiraan, meski suka berkelahi dan melempar tantangan.

Orangtua yang memberi nama anaknya dengan nama wayang, tentunya sebagai ungkapan tokoh favoritnya. Ada juga yang mengidolakan tokoh wayang karena kesamaan jabatan. Seorang pejabat negara atau manager perusahaan mengidolakan sosok raja di pewayangan. Seorang motivator atau guru, mengidolakan sosok resi atau pertapa yang bijaksana. Dll.

Beberapa komunitas tertentu mengidolakan tokoh wayang sesuai dengan sifat komunitas itu. Para petani mengidolakan Dewi Sri, dewi padi lambang kesuburan. Komunitas mahasiswa Arsitektur suatu PTN mengidolakan Batara Wiswakrama, dewa seniman dan ahli bangunan di kahyangan. Komunitas orang-orang kembar mengidolakan Nakula dan Sadewa sebagai wayang kembar (sebetulnya ada wayang lain yang kembar, yaitu Batara Aswi dan Aswin, dewa-dewa yang menitis pada Nakula dan Sadewa; Anak Sri Rama dan Dewi Sinta juga kembar, yaitu Lawa dan Kusa). Perkumpulan pencak silat bisa mengidolakan Anoman, kera putih yang lincah dan sakti. Pencinta burung bisa mengidolakan Jatayu, burung yang setia dan berani mati menyelamatkan Dewi Shinta dari Rahwana, IPTN/PTDI Bandung pernah mengidolakan Gatotkaca/Tetuka yang bisa terbang, dll.

Boleh jadi seseorang mengidolakan tokoh wayang bisa berubah-ubah seiring waktu dan pengetahuannya. Mungkin saat kecil mengidolakan Gatotkaca yang sakti dan bisa terbang; saat remaja mengidolakan Dewi Wara Sumbadra yang cantik,saat tua mengidolakan Semar yang penuh keilmuan dan kebijaksanaan.

Berikut adalah tokoh-tokoh wayang yang biasa dijadikan idola atau favoritnya, dengan ringkasan lambang atau sifat ideal yang dominan dan sifat negatifnya kalau ada. Tentang profil lengkapnya, silahkan di-browsing saja.

Golongan Dewa

·Batara Guru: Penguasa tertinggi dalam pewayangan, hatinya keras dan kuat, halus dalam berbicara. Pernah melanggar kebenaran, karena memberikan ‘wahyu purba kayun’ kepada anaknya sendiri yang tidak berhak menerimanya. Juga sering melakukan perbuatan yang memalukan.

·Batara Wisnu: Dewa pemelihara dan pembangun, lambang keabadian, kesejahteraan, kebijaksanaan.

·Batara Indra: Lambang rasa

·Batara Bayu: Lambang kekuatan, bersahaja, pendiam dan dahsyat.

·Dewi Sri: Dewi padi, sedangkan adiknya Sadana adalah dewa hasil bumi. Lakon Sri Sadana sering diadakan oleh para petani untuk selamatan pertanian padinya.

·Batara Kamajaya: Dewa paling tampan se-kahyangan, bersama istrinya, Dewi Ratih, sangat rukun, setia, saling mencintai dan sebagai lambang kerukunan suami-istri. (gambarnya sering terpampang pada kartu undangan pernikahan)

·Dewi Ratih: Lambang kecantikan wanita yang menjadi idaman setiap orang.

Golongan Pendita

·Resi Bisma: Sangat berbakti kepada ayahnya, amanah, sayang kepada keluarga. Membunuh tanpa sengaja Dewi Amba.

·Resi Abiyasa: berumur panjang dan berbudi luhur, terpaksa terjun menjalankan tugas negara yang darurat selanjutnya menyerahkan kepada ‘ahlinya’.

·Resi Seto: Mempunyai ilmu kependitaan yang dalam, pemberani, tenang dan sabar.

·Begawan Mintaraga/Ciptoning: Tahan godaan/rayuan, menghukum diri sendiri terhadap kesalahan yang diperbuatnya.

Golongan Raja

·Sri Rama: Melindungi kaum papa, memberantas kelaliman dan angkara murka. Berjuang membebaskan Dewi Sinta yang diculik Rahwana/Dasamuka.

·Pandu: Memerintah kerajaan dengan adil dan bijaksana, sakti. Membunuh sepasang kijang yang sedang berkasih-kasihan yang tidak lain dari jelmaan pendeta Kimindama.

·Puntadewa: Adil, dermawan, jujur, tak punya ambisi kekuasaan. Pernah mempertaruhkan istri, saudara-saudara dan negaranya ketika berjudi dengan para Kurawa.

·Kresna: Pandai membuat strategi, tahu sebelum terjadi, diplomatis. Pernah melanggar kebenaran, karena memberikan ‘wahyu cakraningrat’ kepada anaknya sendiri yang tidak berhak menerimanya. Juga pernah terpaksa membunuh anaknya sendiri, Sitija/Bomanarakasura.

·Baladewa: Sakti, sportif, teperamental/mudah marah.

·Parikesit: Raja astina yang adil dan bijaksana, bisa menyatukan negara yang terpecah-pecah sebelumnya.

·Salya: Menjadi raja besar dan sakti tanpa tanding, tahu norma salah dan benar, berani mengambil risiko terhadap apa yang sudah dipilihnya, setia pada janji yaitu untuk tetap setia dengan satu istri: Dewi Setyawati. Membunuh mertuanya sendiri, hanya karena malu terhadap ujudnya yang raksasa.

·Rahwana: Usaha yang teguh mengejar cita-cita. Angkara murka, sering menghalalkan segala cara.

Golongan Ksatria

·Sumantri: Pandai, cerdik, wingit, penuh semangat, pemberani dan halus. Membunuh adiknya sendiri meski tanpa kesengajaan akibat malu diikuti.

·Bima: Gagah berani, teguh, kuat, patuh, jujur dan menjaga kehormatan keluarga.  Egoistis,  berbudi bahasa kasar--tidak bisa berbahasa halus, tidak bisa jongkok (selalu berdiri), pernah menghajar anaknya sendiri (Gatotkaca) yang tidak bersalah.

·Arjuna: Sakti tanpa tanding (lanangin jagad), tampan, gemar mengembara, pertapa, menguasai seluk beluk kehidupan dunia dan pandai memanah. Pernah iri hati, petualang cinta (‘thukmis’).

·Nakula: Mahir menunggang kuda, mempergunakan panah dan lembing. Berwatak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas budi dan dapat menyimpan rahasia. Dianggap angkuh, karena merasa paling 'cantik' di muka dunia.

·Sadewa: Mahir dalam ilmu kasidan (Jawa), seorang mistikus.

·Karna: kesetiaan kepada pilihan politiknya, meski berafiliasi kepada pihak yang keliru.

·Wibisana: Mengikuti kebenaran, meski harus berkhianat (ikut Sri Rama) kepada kakaknya, Rahwana yang jahat.

·Antareja: Jujur, pendiam, pemberani, teguh hati, berani berkorban untuk keluarga, tanggung jawab besar, dapat dipercaya, berbakti kepada orangtua, ikhlas berkorban.

·Antasena: Jujur, terus terang, bersahaja, berani, apa adanya.

·Gatotkaca: Gagah berani, pandai, sangat sakti (otot kawat, balung wesi), waspada, gesit, tabah, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, bisa terbang,

·Wisanggeni: Tampan, cerdik, pandai, sakti, bersahaja, apa adanya, berjiwa muda. Tidak bisa berbahasa halus.

·Abimanyu: Bertabiat halus, tingkah lakunya baik, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya, pemberani, pengembara dan pertapa. Mudah tersinggung, mudah patah hati,

·Setyaki: Memegang teguh keperwiraan, meski suka berkelahi dan melempar tantangan.

·Burisrawa: Tergila gila hanya kepada satu wanita (Dewi Wara Sumbadra). Pendendam, suka bikin onar, sombong, selalu ingin menangnya sendiri.

·Aswatama: Tergila gila hanya kepada satu wanita (Dewi Banowati). Pendendam.

·Leksmana: Berwatak halus, setia kepada kakaknya Sri Rama dan tak kenal takut.

·Anoman: Sakti, berani, pahlawan kepercayaan raja,dapat diandalkan di medan perang, mempunyai wibawa angin.

Golongan Putri

·Dewi Sinta: Lambang istri setia dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hatinya)

·Dewi Kunti: Ibu yang membimbing putra-putranya para Pendawa dengan baik dan menuntut hak tahta kerajaan, ia yang menyarankan Astina direbut melalui peperangan, perang baratayuda.

·Dewi Madrim:Kesetiaan bela pati terhadap suaminya (Pandu) yang meninggal muda.

·Dewi Drupadi: Putri cantik jelita, luhur budinya, bijaksana, sabar, teliti, setia dan berbakti kepada suami. Dianggap tidak adil dalam menyayangi adik-adik iparnya, ia lebi sayang Arjuna.

·Dewi Wara Sumbadra: Istri Arjuna yang cantik, gambaran gadis yang jadi rebutan para pria.

·Dewi Srikandi: Tauladan prajurit wanita, pandai memanah.

·Dewi Banowati: Meski istrinya Duryudana, namun cinta sejatinya (hati) hanya kepada Arjuna.

·Dewi Anggraini: Lambang kesetiaan

·Dewi Setyawati: Lambang kesetiaan, bela pati terhadap suaminya yang mati (Prabu Salya)

·Dewi Sawitri: Lambang kesetiaan

Golongan Rakyat

·Semar: Dewa yang membumi, wawasan luas, bijaksana dalam mengasuh para ksatria,sabar.

·Togog: Mempunyai pengetahuan yang luas, memberi nasehat kebaikan dan kebenaran kepada para tokoh jahat yang diikutinya.

·Petruk: Luwes, pandai menyanyi segala macam tembang dan berkesenian.

·Bagong: Lugu, lucu, sederhana, apa adanya, menjengkelkan, ngeyelan tetapi benar.

Golongan Raksasa

·Kumbakarna: Sakti, jujur, menjaga harga diri, setia kepada negara. Tak berdaya terhadap kekuasaan kakaknya, Rahwana yang angkara murka

Mohon koreksinya jika sifat-sifat itu tidak seperti yang pembaca ketahui. Juga silahkan ditambah, jika pembaca mempunyai tokoh wayang favorit lainnya yang belum disebutkan.

Saya pun jadi mudah menetapkan tokoh wayang favorit saya. Tidak hanya menetapkan satu tokoh saja, tetapi juga tokoh-tokoh lainnya. Terhadap pertanyaan teman di atas, jawaban saya adalah sebagai berikut:

Favorit saya sesuai karakternya saja, jadi bisa bermacam-macam. Soal ngatur strategi, ngefans Kresna, Soal keberanian dan menjaga kehormatan keluarga, ngefans Bima. Soal kedermawanan, ngefans Puntadewa. Soal cinta/tergila-gila hanya kepada satu wanita saja, ngefans Burisrowo atau Aswatama. Soal spontanitas -- apa adanya, ngefans Wisanggeni atau Antasena, dll.”.

Masih banyak tokoh wayang favorit saya lainnya yang belum disebut. Salah satunya adalah Batara Wisnu, yang menjadi foto profil saya itu, karena sifat-sifatnya boleh juga untuk ditiru.

Kepada yang suka wayang, siapa tokoh wayang favorit Anda? (Depok, 01 Juni 2011)

---------------------

Sumber Ilustrasi: http://wayang.wordpress.com/category/seputar-wayang/

[1] Dr. Hazim Amir, M.A., Nilai-nilai Etis dalam Wayang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991.

[2] SENA WANGI, Ensiklopedi Wayang Indonesia, PT Sakanindo Printama, Jakarta, 1999.

[3] Ensiklopedi Wayang Purwa, Balai Pustaka, Jakarta, 1991.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline