Lihat ke Halaman Asli

Industrialisasi Sektor Pertanian

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Berbagi Ilmu Pengantar MikroekonomiBoz :D

Barang sektor pertanian memang kebanyakan inelastis, baik dari permintaan dan penawarannya.

1. Bila permintaan akan barang pertanian meningkat, petani tidak bisa segera memenuhinya karena tentu saja butuh waktu tanam dan musim yang cocok untuk menanam komoditi tersebut. Ini yang disebut penawaran barang sektor pertanian inelastis.

2. Bila penawaran barang pertanian di pasar berlebih sehingga harga jadi turun, petani tidak bisa menyimpan barang-barang pertanian itu untuk disimpan di kemudian hari dengan harapan supaya harga kembali stabil. Tentu saja hal ini karena barang-barang pertanian mudah busuk. Hal ini yang disebut permintaan barang sektor pertanian inelastis.

Permasalahan tidak sesederhana itu. Bila kita analisis secara grafik,pada no. 1 yaitu penawaran yang bersifat inelastis, kenaikan permintaan akan barang pertanian sedikit saja bisa menaikkan harga sejumlah 3 kali lipat. Tentu hal ini akan memicu inflasi yang tinggi.

[caption id="attachment_110572" align="alignnone" width="348" caption="Penawaran Inelastis yang sebelah kiri"][/caption]

Sedangkan pada no. 2 yaitu permintaan yang bersifat inelastis, kenaikan penawaran akan barang pertanian sedikit saja bisa menurunkan harga sejumlah 3 kali lipat. Tentu saja petani akan sangat merugi. Petani juga dibingungkan dengan pilihan menjual barangnya saat itu juga dengan konsekuensi harga sangat rendah atau menjualnya di kemudian hari sampai harga stabil yang entah kapan dengan resiko barang pertaniannya busuk.

[caption id="attachment_110574" align="alignnone" width="341" caption="Permintaan Inelastis yang sebelah kanan"][/caption]

Melihat kenyataan seperti itu jadi miris melihat nasib petani. Produksi (panen) kebanyakan nanti harganya turun drastis. Bila pasar kekurangan pasokan kemudian harga melambung, petani saat itu tidak bisa dengan mudahnya mengucapkan "bim salabim jadi apa prok prok prok" kemudian tersedialah barang-barang pertanian. Tentu dengan sebab ini kita bisa maklum bila melihat langkah pemerintah segera mengimpor barang-barang sektor pertanian bila terjadi kelangkaan di dalam negeri. Supaya harga tidak semakin melambung dan inflasi meninggi.

Masuk ke pokok diskusi gan, lalu bagaimana kita sebagai generasi muda menyikapi hal ini?? Adakah suatu solusi??

Seperti kata pepatah "if there's a will, there's a way" dilanjut dengan kata Ninja Naruto supaya lebih afdhol“Aku tak akan menarik kembali kata-kataku, karena itulah jalan ninjaku” .Kita sebagai generasi muda marilah berusaha berpikir untuk mencari solusi tentang permasalahan bangsa. Hasil pemikiran itu jangan disimpan sendiri tetapi komunikasikanlah supaya bisa diikuti oleh pihak lain yang mungkin setuju dan mendukung pemikiran kita itu. Bisa secara lisan atau tulisan. Semakin banyak dukungan akan semakin baik bagi suksesnya ide itu. Mungkin dalam penerapan ide yang telah kita sampaikan itu akan muncul banyak kendala. Tapi coba ingat-ingat Naruto yang pantang menyerah, dia tidak akan menarik kembali kata-katanya. Demikianlah kita seharusnya bersikap.

Bagaimana menyelesaikan masalah sektor pertanian itu??

Oke back to the case.Dengan berbagai masalah tadi tampaknya bidang pertanian sangat tidak menguntungkan. Oo tidak bisa, jangan salah gan! Memang bila sektor pertanian dikelola secara tradisional kemungkinan untuk berhasil menghadapi masalah-masalah di atas tadi kecil. Namun bila sektor pertanian sudah dijadikan "industri" bukan sebatas kegiatan individu lagi pertanian bisa menjadi sektor yang menjanjikan. Solusi ke arah industrialisasi pertanian itu bisa dimulai dengan pembentukan organisasi bisnis yang menaungi petani. Seperti apa organisasi bisnis itu?

Pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 sudah jelas dikatakan "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan". Ya, sekarang jelas bahwa Koperasilah organisasibisnis yang sesuai dengan amanat konstitusi.Bukan sekadar koperasi yang biasanya kita tahu di sekitar kita dengan image yangtidak menarik, cuma buat simpan pinjam, hanya bagi orang-orang tua dan berbagai stigma buruk lain yang mungkin ada di benak kita. Koperasi pertanian ini haruslah profesional. Kita bisa berguru pada waralaba semisal indomart atau alfamart. Mereka sukses mengembangkan bisnis dan cakupan pasarnya di mana-mana. Petani jangan langsung menjual hasil pertaniannya secara mentah. Lebih baik di olah dulu, misal saja kedelai dijadikan tempe, tahu, susu kedelai, snack. Tahu hasil itu bisa dijadikan tahu kremes. Tempe bisa dibuat burger tempe atau steak tempe. Snack bisa diberi nama dagang sendiri. Jadi kita menambah nilai guna pada barang-barang pertanian itu.Selain itu bila diolah barang-barang pertanian bisa menjadi tidak cepat rusak. (Tentu saja ide2 untuk membuat berbagai olahan makanan ini juga diperlukan, semangka saja bisa dijadikan kripik, siapa tahu suatu saat nanti akan bisa dibuat kripik-kripik lain dari bermacam bahan-bahan pertanian itu).

Koperasi pertanian itu beranggota petani-petani yang ada di suatu wilayah untuk memasok kebutuhan bisnisnya. Hasil keuntungan koperasi itu pada akhir tahun dibagi pada anggota-anggotanya kembali. Dengan demikian mereka akan mendapat tambahan penghasilan dan mendapat kepastian harga jual, karena tentu saja kelebihan penawaran barang-barang pertanian tadi bisa tertampung di Koperasi pertanian.

Selain bergerak di bidang jual-beli hasil olahan barang pertanian, Koperasiini juga menyelenggarakan penyuluhan tentang cara-cara bertani yang modern. Tenaga penyuluh ini diambil dari sarjana bidang pertanian. Tentu saja ini akan menyerap banyak tenaga kerja. Koperasi ini (yang selanjutnya kita sebut saja "Koperasi Agraria" biar keren) juga menyelenggarakan kegiatan simpan-pinjam. Petani bisa menginvestasikan kelebihan uangnya untuk kemajuan koperasi dengan imbalan berupa bagi hasil di akhir tahun juga bisa meminjam uang untuk pengembangan usaha pertaniannya dengan bunga rendah tentunya.

Demikian suatu konsep yang saya tawarkan, tentu saja konsep seperti ini tidak akan terwujud bila tidak ada "agent of change". Kita sebagai generasi mudalah yang mungkin telah mendapat ilmu atau pengalaman organisasi dan tak lupa jiwa sukarela ingin memajukan bangsalah yang seharusnya bergerak terdepan bila kita sudah terjun ke masyarakat nanti. Kita para anak muda yang beruntung memperoleh pendidikan, marilah kita berbagi pengetahuan yang kita miliki sekecil apapun itu untuk mencoba menyelasaikan masalah bangsa. Mungkin memang berasal dari ide yang oleh sebagian orang dianggap ide kecil, tapi nilai suatu ide itu sebenarnya seberapa banyak ide itu dilaksanakan. Jadi tidak ada ide kecil sepanjang kita berusaha mewujudkan ide itu. PEOPLE'S DREAM NEVER ENDS(Marshall D Teach, Onepiece manga)

Ditulis oleh Wahid Rizalluddin Habibi

Alumni SMAN 1 Tuban Referensi: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/05/25/ketika-sektor-pertanian-sudah-tidak-bisa-diandalkan/http://artikelekonomi.com/pengaruh-elastisitas-terhadap-harga-keseimbangan-pasar.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline