Lihat ke Halaman Asli

W. Pinayungan Gusti

Mahasiswi S1 Pariwisata di Universitas Gadjah Mada.

Liburan Singkat di Gunung Api Purba Nglanggeran

Diperbarui: 13 September 2024   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto megahnya pemandangan Nglanggeran/Dokumen Pribadi

Gunung api purba kembali memanggilku untuk kedua kalinya. Di sela waktu senggang kuliah dan part-timeku; yang sebenarnya tidak senggang namun aku butuh sedikit refreshing, aku akan kembali menapakkan kakiku di Gunung Api Purba Nglanggeran. Sebelumnya, kunjungan pertamaku ke tempat ini bersama teman-teman seangkatan kuliahku untuk melakukan outing class alias kuliah lapangan. Kali ini aku datang bersama dengan kekasihku, Awan. 

Matahari mulai menghangat, pukul 8 pagi kami berdua berangkat dari rumahku menaiki motor Beat dengan stiker kecil karakter ayam buatanku. Melewati jalanan pagi yang padat para pekerja dan anak-anak sekolah, tibalah kami di Piyungan untuk kemudian memilih jalan alternatif atau biasa kusebut "dalan ndeso" agar lebih cepat dan tidak terlalu ramai.

"Eh aku punya rekomendasi tempat sarapan enak deket Nglanggeran, kapan hari aku pernah kesana sama temanku," ujarku semangat untuk mengisi perutku yang sudah keroncongan. Setelah melewati "dalan ndeso" yang ternyata cukup membuat deg-degan karena kelokannya serasa naik wahana roller coaster, kami berdua tiba di warung soto Mbak Jam untuk sarapan anget-anget. Semangkuk soto ayam dan dua gorengan cukup untuk mengisi tenaga kami berdua sebelum trekking. 15 menit selesai sarapan, kami berdua menuju parkiran gunung.

"Pagi mbak, silakan membeli tiket dan membayar parkir dulu yaaa," sambut seorang petugas retribusi. Tiket retribusi dan parkir untuk kami berdua habis sekitar Rp32.000, yaaaa cukup terjangkau harganya. Awan sedang membereskan beberapa barang yang tidak perlu dibawa trekking, sementara aku asyik mengobrol dengan pak petugas yang cocok sekali dipanggil Agus; hahaha aku tidak yakin namanya betul Agus, pasalnya aku lupa menanyakan siapa nama petugas itu. 

Gunung Api Purba Nglanggeran ini cukup digemari oleh wisatawan yang tertarik dengan wisata trekking atau beberapa wisatawan lain yang iseng datang karena melihat dari review Google Maps. Pak Agus menyampaikan bahwa sekarang Nglanggeran dibuka selama 24 jam atas permintaan beberapa wisatawan yang ingin menikmati panorama langit ketika matahari terbit. 

Aku dan Awan berpamitan untuk memulai trekking, Pak Agus pun menyemangati kami berdua. Pukul 10 kurang kami mulai pemanasan sebelum menaiki undakan sambil menyapa beberapa petugas yang bersantai menonton pertandingan bola di televisi. Untuk trekking kali ini aku tidak terlalu banyak ekspektasi dan browsing bagaimana situasi di atas sana, sebab saat pertama kali trekking dulu aku merasa amat lelaaaaaah dan hanya bertahan sampai di pos 1 saja. 

Kami mulai melangkah, jalan bebatuan mulai terasa miring naik. Undakan dari batuan tertata rapi masih sama seperti kala aku datang pertama kali. Matahari tidak terlalu membakar kulit, sepoi angin-pun sangat mendukung tiap tanjakan yang "mesra" ini. Tibalah kami di spot jalan sempit, seperti gua gelap di antara batuan tinggi. Kami bertemu dengan seorang ibu dan 2 orang anaknya, mereka datang dari Magelang. 

Aku dan Awan diminta untuk memandunya naik melewati gua sempit itu. Sambil menaiki anak tangga perlahan-lahan, ibu itu bercerita bahwa ia dan kedua anaknya sedang liburan ke Gunung Kidul, rumah saudara mereka. Anak tangga sudah sampai di paling akhir, kami istirahat sebentar sambil menunggu 2 anak ibu tadi menyusul naik. Namun akhirnya aku dan Awan diminta untuk melanjutkan trekking duluan saja. Kami pun berpamitan. 

Pos demi pos kami lewati, kami istirahat lumayan lama  di antara pos 3 dan puncak. Ada beberapa rombongan wisatawan lain melewati kami. "Masih lama gak mbak puncaknya? aduh capek banget nih," tanya seorang perempuan. Aku pun hanya menjawab mungkin sebentar lagi, pasalnya aku pun belum sampai ke atas sana. Rombongan 5 orang itu melewatiku dan Awan yang sedang duduk di akar pohon. Saat tubuh sudah mulai fit kembali, kami berdua mulai melanjutkan perjalanan ke puncak. Kali ini kami berjalan lebih santai, mengingat bahwa matahari sudah mulai berada di atas kepala. 

Tanah berpasir dan semak-semak menjulang tinggi telah kami lewati, camping ground sudah kami temui. Kami berdua bertemu lagi dengan rombongan 5 orang tadi, mereka sedang istirahat. Aku dan Awan menyapa mereka sambil jalan agar cepat sampai puncak. Puncak sudah di depan mata, aku dan Awan menaiki tangga yang menempel di batuan. Ternyata inilah puncaknya. Pemandangan sangat luas, aku bisa melihat rumah-rumah, sawah, dan pemandangan hijau cerah di bawah sana. Lelah selama 1 jam perjalananku dari tempat parkir hingga puncak ini terbayar sudah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline