Lihat ke Halaman Asli

Wowo Darmawan

Mahasiswa sastra Indonesia di Universitas pamulang

Stop Arogansi di Jalanan: Etika Berkendara untuk Nyawa

Diperbarui: 30 Juni 2024   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Disiplin pengemudi dalam berkendara terus menjadi perhatian. Di Jakarta, kita melihat pengendara sepeda motor dan mobil setiap hari melanggar peraturan. Melawan arus, tidak memakai helm, menerobos lampu merah dan berbagai pelanggaran lainnya masih merupakan hal yang wajar. Tanpa etika berlalu lintas, pengemudi tidak akan peduli terhadap keselamatan orang lain lalu lintas di jalan raya menjadi kacau terutama pada jam berangkat dan pulang kerja sehingga mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Melanggar lalu lintas merupakan hal yang biasa terjadi, terutama di Ibu Kota Jakarta. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya toleransi antar pengendara. Di balik tindakan mereka adalah kurangnya pemahaman tentang etika berlalu lintas di jalan raya. Sepeda motor masih menjadi jenis kendaraan yang paling banyak digunakan oleh para pelanggar. Banyak orang yang belum memahami bahwa mengemudi juga membutuhkan etika.

Ada banyak etika dalam berkendara, itu tidak rumit. Seperti bersabar ketika jalan macet, memberi jalan kepada siapapun yang ingin menyeberang, tidak ugal-ugalan, ketika ingin merokok berhenti sejenak, memberi jalan kepada ambulans/ pemadam kebakaran dan memberi isyarat ketika hendak berbelok atau berhenti.

Etika yang baik terwujud ketika seseorang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, sehingga menjadikannya seorang pengemudi yang cerdas. Etiket berkendara atau berlalu lintas bukan hanya tanggung jawab pihak berwenang, tapi juga tanggung jawab kita semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline