Lihat ke Halaman Asli

wood street

From Neverland

Yang Terlupakan

Diperbarui: 16 September 2023   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang lelaki merasa jadi orang yang terlupakan selepas dari bertahun tahun hidup di penjara. Istrinya telah meninggalkannya. Hanya soal waktu, pengadilan mengetok palu sidang perceraian mereka. Dia begitu terpukul kala anaknya nyaris tak mengenalinya lagi. Dan ketika dia menemui ayahnya, hanya kata-kata menyakitkan yang terdengar. Tak hanya itu, hampir semua saudaranya tak henti menyalahkannya. Menuding dia penyebab sang ibu sakit parah hingga meninggal dunia. Hanya adiknya, satu-satunya saudara yang masih peduli.

Sang adik yang jenius dan berprestasi dalam sekolahnya kini  memilih menjadi petani. Tinggal di daerah terpencil. Tempat dimana hanya dia satu-satunya orang yang bergelar sarjana.  Tempat dimana petani masih dibodohi para tengkulak.

Lelaki itu memutuskan tinggal disana. Dia berharap dapat memulai hidup baru. Namun kesunyian desa tak mampu menenangkan jiwanya. Sebagai anak lelaki yang pernah yang menjadi kebanggaan keluarga, hasrat untuk kembali meraih kejayaan meledak. Disisi lain, kegelisahan mencengkeram hatinya. Diliputi rasa bersalah. Dihantui ketakutan. Takut melangkah. Takut bergerak. Takut kekeliru. Takut gagal. Dia kehilangan kepercayaan dirinya.  

 " Aku merasa disingkirkan dari dunia ini. Aku orang terbuang. Aku seperti sampah, " ucapnya bekeluh kesah.

 " Kakak tak perlu khawatir menjadi sampah. Setiap hari aku dan teman-temanku mengumpulkan sampah. Kami olah menjadi pupuk. Jadi sampah sangat berguna bagi kami. "

 " Aku tak bisa tinggal disini. Tapi aku sulit diterima di duniaku yang lama. Dengan label bekas narapidana aku sulit mencari kerja. Aku sulit merintis usaha. Orang susah percaya padaku. Aku harus merubah identitasku. "

Sang adik pun terperangah dan bingung. Otaknya yang cerdas tak mampu menangkap maksud sang kakak.

" Lalu, maksud kakak ? " tanyanya masih dengan dengan nada bingung.

" Aku ingin meminjam identitasmu. Aku ingin meminjam KTP, akte kelahiran dan ijazahmu. Untuk mencari kerja. Bukankah wajah kita mirip. Apalagi sekarang aku tak lagi segemuk dulu. Pasti tak ada orang yang curiga.  Kau tidak keberatan ?"

" Tidak. Tapi ... "

" Jangan khawatir, aku tak ingin mengulangi kesalahanku. Aku siap bekerja keras. Merintis dari bawah. Aku hanya ingin kembali bekerja. Kembali menjadi seorang ayah. Kembali menjadi anak yang bisa dibanggakan. Aku hanya ingin kembali bahagia."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline