Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Harus Danai Pemusnahan Senjata Kimia Milik Suriah

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin tanggal 13 September 2013,  Doktor Bashar al Jafari, perwakilan tetap Negara Suriah di PBB mengatakan bahwa Suriah telah menjadi anggota Traktat Non-Proliferasi senjata kimia, dan siap untuk menerima ahli Organisasi Non-Proliferasi untuk membantu pelaksanaan inisiatif Rusia.

Perlu dikabarkan bahwa, Doktor Bashar Al Jafari adalah Muslim Sunni,  Lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun bekerja di bawah komando Presiden Bashar Assad.  Ini salah satu indikasi bahwa sumber perang di Suriah adalah  konflik politik bukan konflik Sunni dan Syiah.

Dengan bergabungnya Suriah menjadi anggota traktat Non-Proliferasi senjata Kimia, maka senjata kimia Suriah harus di serahkan kepengawasan PBB, untuk di hancurkan.  Untuk menghancurkan diperlukan biaya yang sangat banyak. Dibutuhkan penyandang dana untuk menanggung biaya-nya.  Saat menteri luar negeri Rusia (Sergei Laverov)mditanya, dari mana sumber uang untuk membiayai proses pemusnahan senjata kimia kepunyaan suriah, Dia menunjukkan bahwa faktanya ada beberapa negara yang bersedia untuk membiayai perang di Suriah agar semakin parah, dan melanjutkan: ". Saya yakin bahwa ada juga negara yang bersedia untuk mendanai solusi damai untuk masalah ini"


Indonesia negara muslim terbesar di dunia, dan akan selalu terkenal sebagai penganut politik bebas aktip, punya kepentingan untuk berperan nyata untuk mewujudkan perdamaian. Inilah momentum-nya.  Di saat negara-negara muslim Arab membantu mengirim senjata untuk memperparah konflik Suriah, mari kita dorong pemerintah Indonesia memberi contoh dengan mendanai pemusnahan "ex senjata kimia" milik Suriah itu.

Mari kita dorong pemerintah kita andil nyata untuk usaha perdamaian ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline