Lihat ke Halaman Asli

wong plaju

freelancer

Titik Korupsi

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

korupsi belum jelas di pahami, jadi masih banyak para birokrat dan pengambil kebijakan terlibat korupsi, baik yang kecil-kecilan sekadar uang kopi hingga ratusan milyar buat plesiran keluar negeri, uang pelicin dianggap hadiah, % proyek dianggap biasa, pungli di pelayanan public sebagai uang administrasi. Dengan Semboyan Tua yang ampuh mengeruk rupiah  " Kalau bisa di perlambat mengapa harus dipercepat ", " Kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah", segala aksi diperagakan oleh para birokrat dan pengambil kebijakan untuk memetik sejumlah angka rupiah untuk mempercepat dan mempermudah urusan. Di sisi lain, subjek yang berhadapan dengan para birokrat dan pengambil kebijakan memiliki semboyan yang tak kalah ampuh juga, " kalau bisa percepat mengapa harus diperlambat ", " Kalau bisa dipermudah kenapa pula harus dipersulit ". Bila kita meminjam analogi  keseimbangan pasar ( Ekuilibrium) di mana titik  pertemuan antara garis penawaran dan garis  permintaan, maka titik   Perpotongan garis antara dua kepentingan itulah bisa kita namakan  KORUPSI. Kita ingin Anak-anak kta tetap terus menyanyikan  Indonesia raya, jangan kita tulis sejarah dunia dengan bubarnya  Bangsa Indonesia karena Korupsi, mari kita tulis sejara dunia dengan prestasi Indonesia. (O,O)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline