Lihat ke Halaman Asli

Tiket ke Surga

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Siapapun, pasti pernah melakukan kesalahan. Itu manusiawi. Namun, kadang-kadang kita menemukan manusia yang mengutuk kesalahan manusia lain layaknya dia sendiri tidak pernah berbuat atau memiliki kesalahan. Manusia macam ini bisa disebut seperti orang yang sudah memiliki tiket ke surga. Sungguh indah hidup ini bila kita bisa saling mengerti dan memahami. Silaturahim pasti akan terjaga dengan baik bila kita gampang memaafkan. Ketika orang lain berbuat kesalahan, kita melihatnya sebagai hal yang wajar yang bisa menimpa siapa saja. Jika kekilafan itu dilakukan itu artinya dia sedang tergelincir. Entah sadar atau tidak, disengaja atau tidak, atau bisa jadi kekilafan itu dilakukan karena ketidakmengertian. Apapun yang melatarbelakangi tindakan yang salah itu, mengapa kita tidak mencoba untuk berempati, bersikap seolah kita yang berada dalam posisi itu. Alangkah semakin terpuruknya kita bila saat kita butuh bantuan, bukan uluran tangan yang diterima tetapi cacian dan makian dari orang-orang di sekeliling kita. Saat berhadapan dengan orang yang berbuat salah, cobalah untuk melihat bukan dari sudut kesalahan yang dibuat. Lebih bijaksana bila kita menengok lebih ke belakang lagi. Mengapa dia melakukan itu. Apapun yang dilakukan, semua pasti ada penyebabnya, meskipun iseng sekalipun. Bila ada asap pasti ada api. Tidak mungkin seseorang melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa dia melakukan itu, kecuali orang ngelindur atau kesurupan. Yang namanya motivasi, pasti akan ada di balik semua tindakan yang dilakukan manusia yang tidak ngelindur dan kesurupan. Teori dari Abraham Maslow tentang motivasi seseorang berperilaku barangkali bisa menjelaskan, sedikit atau banyak. Yang namanya motivasi bisa positif atau negatif, dapat baik maupun buruk. Baik buruknya motivasi itu akan menjadi tidak penting bila anda pemaaf bin siap untuk memaafkan. Seorang pemaaf lebih tertarik berusaha bagaimana mengharmoniskan sebuah hubungan. Seorang pendendam beda lagi. Dia lebih senang bila yang dia anggap lawan itu hancur dan selalu berupaya bagaimana meluluhtantakkannya. Tidak peduli jalan yang diambil tidak benar. Bagi dia, selalu ada pembenaran untuk tindakan-tindakan yang dilakukan itu. Akhirnya apa yang terjadi? Jangan berharap akan muncul keharmonisan. Yang akan terjadi adalah munculnya orang-orang yang terluka dan tersakiti. Betul, bila dikatakan manusia tidak sempurna. Iri dengki akan selalu ada dalam hati manusia. Dendam kesumat akan selalu bercokol. Namun semua itu bukanlah takdir manusia. Kita mempunyai peluang yang sama untuk menjadi manusia yang pemaaf atau pendendam. Kabar baiknya, itu semua adalah pilihan, dan kita bisa memilihnya. Sekarang tinggal kitanya, mau memilih yang mana. Ingin jadi manusia pemaaf atau pendendam. Untuk menjadi manusia pemaaf, syaratnya gampang, hilangkan semua onak duri dalam pikiran dan segala penyakit yang mengotori hati seperti iri dengki. Untuk menjadi pendendam lebih mudah lagi, tinggal lakukan apa yang setan bisikkan ke telinga anda dan menuruti hati yang dia digerakkan. Pekerjaan yang sangat enteng sekali untuk dijalankan. Tidak dipungkiri menyalahkan orang yang berbuat salah adalah lebih mudah dibandingkan memaafkan. Memusuhi orang yang mencela kita lebih gampang dibandingkan menjadikannya sebagai sahabat. Jika ada orang menaruh tahi kerbau di depan pintu anda, akan sangat mudah mengutuk pelakunya dibandingkan melihat manfaat tahi kerbaunya yang bisa menjadi pupuk. Sekarang pilihan ada di tangan kita. Untuk menjadi pemaaf, bisa. Kuatkan hati, sabar, telaten, perkuat niat untuk membantu meskipun kesalahan yang diperbuat oleh orang lain itu begitu fatal di mata kita. Sebagai pendendam, apalagi, lebih bisa lagi. Cari kesalahan-kesalahan lain agar semakin buruk tampilan orang yang mau kita hancurkan, tutup segala pintu maaf, tidak usah ada rasa belas kasihan. Bila perlu, buat gosip yang menghancurkan dan tebar fitnah sebagai bumbunya. Perlakukan musuh kita sebagai pendosa yang tidak berhak mendapat ampunan. Tunjukkan bahwa kita ini manusia suci yang nirkesalahan dan telah memegang sebuah tiket yang sudah pasti tidak dimiliki manusia bobrok macam musuh kita itu. Sebuah tiket menuju surga. Oh... alangkah nikmatnya. Sumber gambar: http://www.guardian.co.uk/technology/blog/2008/aug/19/freeticketstodconstructin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline