Gagasan untuk kembali mengumpulkan partai-partai berbasis massa Islam (PKB,PAN,PPP ,PKS,&PBB) dalam poros tengah jilid II, menjadi topik hangat minggu ini. Beberapa elit partai Islam dalam beberapa kesempatan wawancara di media terlihat "antusias", kecuali PKB yang masih kelihatan "dingin" menanggapi gagasan pembentukan poros Islam dalam menghangatnya topik ini. PKB secara tegas menyebut trauma bekerjasama dengan partai Islam (move on, ciin) , karena terciderai kasus pelengseran Gus Dur sebagai Presiden waktu itu. Alasan lain yang dikemukakan bahwa koalisi-koalisi partai berbasis massa Islam sudah tidak relevan dan kontekstual dalam Indonesia dewasa ini (mosok siiih).
PKB dengan perolehan suara legislatif yang paling tinggi diantara partai Islam lainya tampak belum sembuh betul dari trauma masa lalunya, menariknya PKB tidak lantas menutup diri rapat-rapat dari segala kemungkinan koalisi yang akan dibangun. PKB memang keliatan "menjaga jarak" dengan koalisi partai Islam (jual mahal ni yee..), kemungkinan yang lain PKB sudah memiliki agenda koalisi sendiri. Dengan partai apa ? Terlihat jelas Jokowi sudah mengunjungi markas PKB , meskipun belum ada deal-deal apapun dengan PKB. PKB menganggap koalisi dengan PDIP mungkin yang dianggap paling realistis mengingat capres PDIP, yaitu Jokowi selalu ada dalam top survei capres yang paling diinginkan rakyat ( versi survei lhooo..)
Skenario lain, sikap "cool" yang ditunjukkan PKB justru ingin menaikkan "bargaining" politik dan sekaligus posisinya dalam koalisi partai Islam. Jika seluruh partai Islampun sudah sepakat berkoalisi, PKB menyisakan pertanyaan lain, yakni kira-kira siapa tokoh yang akan diusung ? (kalo usul saya Mahfud MD-Hatta Radjasa) PKB justru mencurigai koalisi yang oleh Amien Rais dilabeli poros Indonesia Raya, akhirnya akan berkiblat dengan salah satu capres populer saat ini, ada kecurigaan pada akhirnya kumpulan suara partai Islam itu akan diberikan kepada Gerindra (melihat namanya sama Indonesia Raya) dengan konsesi cawapres untuk kumpulan partai Islam ? belum ada yang tahu. Disklausul seperti ini sangat ditakutkan PKB, karena jika terjadi pada detik-detil injury time , maka akan sulit membelokan arah gerbong partai PKB yang dibelakangnya tentu ada gerbong panjang kaum kaum Nahdhiyin sebagai basis massanya (ada simpang-siur sikap, ini menguntungkan partai lain)
Sikap jelas selalu dilontarkan elit PKB bahwa prioritas koalisi PKB adalah dengan partai nasionalis (tapi dalam politik tak pernah ada sikap jelas, yang ada hanya kepentingan abadi). Suara pileg sebesar 9.20% yang diperoleh PKB, bukanlah sekedar hasil kerja politik PKB semata, banyak pihak-pihak lain diluar struktur PKB yang berpartisipasi dan bekerja keras untuk menaikkan suara PKB saat pileg kemarin, sebut saja Para Kyai NU, PBNU, Mahfud MD, Rhoma, dan Dhani. Kerja keras selama kampanye itulah yang harus menjadi pertimbangan PKB, untuk mengambil sikap koalisi nantinya. Titipan suara sebagian besar kaum Nahdhiyin ke PKB harus dapat dipertanggung jawabkan. Manuver politik yang salah, dan tidak sesuai dengan suara mayoritas pemilih PKB , dikhawatirkan suara tersebut akan kembali "raib" pada pemilu mendatang (hati-hati Min, jangan egois).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H