Lihat ke Halaman Asli

Sepuluh Ribu Tiga untuk Tuan Presiden

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Seribu tiga, seribu tiga. "

Bukan salah judul. Kalau anda kebetulan terlahir di zaman yang cukup zadul (zaman dulu), anda mungkin ingat di pasar-pasar kaget dan terminal dijajakan barang murah seribu tiga. Sekarang di pasar yang sama, kita masih menjumpai barang-barang itu. Hanya ditawarkan dengan harga yang berbeda yaitu, "sepuluh ribu tiga".

Walaupun untuk tiga barang harus bayar sepuluh ribu, masih juga menandakan murahnya barang-barang di negeri, khususnya yang impor dari Cina-cina itu. Tapi mengingat pada zaman dulu barang-barang itu disebut seribu tiga, kita juga boleh menghakimi hal ini sebagai inflasi. Yakni menurunnya nilai rupiah yang kita pegang dan kita cintai.

[caption id="attachment_65739" align="alignleft" width="300" caption="bukan sepuluh ribu tiga (sumber: google)"][/caption]

Syukurlah bahwa Pemerintah dengan menteri-menteri yang bijaksana selalu berusaha meningkatkan pendapatan anda, baik kalau anda pejabat tinggi maupun rakyat biasa. Sehingga inflasi tersebut tidak terlalu menimbulkan dampak sistemik dalam penderitaan kita. Dan walaupun yang dulu seribu sekarang sudah menjadi sepuluh ribu, kita masih membeli tiga barang tersebut, dan masih berasa murah.

Tetapi ada lagi inflasi lain. Mudah-mudahan saja ini bukan pertanda bahwa inflasi sedang terjadi di seluruh sendi kehidupan bangsa kita yang sehat dan dinamis ini.

Inflasi yang satu ini terjadi tepat di depan Istana Merdeka. Bagi anda penjaja sepuluh ribu tiga itu, jangan gembira dulu. Ini bukan berarti di halaman Istana yang pagarnya baru dan asri, telah boleh anda menggelar lapak anda yang tidak sopan santun.

Mengenai halaman depan Istana itu, ada sebuah cerita.

Suatu saat Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy, mengunjungi Soekarno di Istana Merdeka. Membanggakan kebebasan di negerinya, Kennedy bercerita, "Amerika menjunjung tinggi kebebasan. Di Amerika, kalau ada orang berdemo di depan Gedung Putih, menjelek-jelekkan Kennedy, tidak ditangkap."

Soekarno, bapak negara kita itu, tak kurang akal menjawab, "Indonesia ini pun tidak kalah bebas. Di Indonesia, kalau ada orang berdemo di depan Istana Merdeka, menjelek-jelekkan Kennedy, juga tidak ditangkap."

Maaf bila transkrip pertemuan kenegaraan di atas tidak akurat, atau kalau kejadian tersebut sepenuhnya lelucon saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline