Lihat ke Halaman Asli

Mengapa ber?

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bersandar diantara rumpun jerami gontai,
hela menghela nafas tiriskan peluh di sisi lembab keringat pekat.
Tirai anyaman bambu yg tepinya mulai terkoyak,
temani raga melepas lelah menyeka hembus angin segarkan jiwa...untuk waktu yg sementara!!?
Dimana rongga dada masihlah terjejali candu ketiadaan,
yg masihlah melanda ketidakmampuan sesosok pria

Mengapa jua kau bertanya,
bila jengahmu memasung realita,
seperti gemerincing ikatan pedati yang ditarik paksa dua sapi,
berlari tertatih terpaksa tercambuki
...
seperti pagi ini...jubah embun berkali mengungkung nadi,
takut bersembunyi di hangat selimut kemalasan yang memaksa,
helai demi helai sutranya menggelitik merayu,
agar raga lelap bersembunyi hangat di dekapnya

jadi mengapa meski engkau bertanya?
jikalah sosokku tiadalah menopang nafasmu,
pria ku tidaklah menjadi tiang penyangga bilik jiwamu,
dan juga ragaku terlalu bebani sribu langkahmu
mengapa mesti engkau tanya lagi,
jika hatimu kan beranjak pergi...
tiada kuasa se bait kataku tuk mencegahmu...
karena berjuta kelam warna ketidakmampuanku,
menjadi sosok seorang pria...maluku tuk bisa meminta

mengapa jua kau mesti bertanya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline