Lihat ke Halaman Asli

Papua : Kemenangan Belanda dan Cinta Yang Bertepuk Sebelah Tangan

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam Belanda menang, 2 gol menjelang akhir pertandingan dari Wesley Sneider dan penalty Klaas Jan Huntelaar, menguburkan Meksiko yang memang langganan gugur ketika menginjak babak 16 besar di Piala Dunia. Pertandingan yang begitu menarik, para fans Belanda dipaksa menahan nafas sampai akhir pertandingan, hingga akhirnya berteriak histeris lega setelah Klaas Jan Huntelar berhasil menceploskan bola ke dalam gawang milik Meksiko. Sebagai negara unggulan dengan total football nya, tidak heran bila anda melihat di tempat-tempat nobar, akan melihat banyak pendukung timnas Belanda. Tapi, ada di beberapa tempat di Indonesia, bila anda mencermati, pendukung negara Belanda ini seperti “die hard”, atau mendukung mati-matian. Mereka rela menghabiskan malam mereka dengan mengarak bendera Belanda keliling kota, bahkan bentrok dengan pendukung lainnya demi Belanda, negara pengusung total football dan juga negara penjajah Indonesia.

Jangan heran kalau anda melihat di kampung saya Papua, saya dengar di Maluku juga seperti itu, setiap pegelaran Piala Dunia, seakan pendukung Belanda tumpah ruah di jalan-jalan, konvoi yang berujung ricuh seakan jadi langganan dalam pegelaran Piala Dunia bila melibatkan Belanda.

Kerusuhan Pendukung Belanda di Papua ketika Belanda dikalahkan Spanyol pada Final Piala Dunia 2010

(http://video.tvonenews.tv/arsip/view/41614/2010/07/12/suporter_belanda_dan_spanyol_bentrok_di_papua.tvOne)

14040978811261154186

Konvoi Pendukung Belanda di Jayapura

(http://www.indosport.com/artikel.php?cid=-1&nid=12788)

1404097967741077654

Konvoi Pendukiung Belanda di Maluku

(http://www.jpnn.com/berita.detail-67737)

Akan naif sekali bila ada yang bilang kalau ini hanyalah semata-mata kegairahan masyarakat Indonesia dengan pegelaran Piala Dunia, karena kalau anda cermati, fans negara lain tidak ada yang se-overreacting fans Belanda di beberapa daerah tersebut. Ini karena beberapa kelompok masyarakat di Papua dan Maluku, menganggap bahwa mereka mempunyai hubungan “special” dengan Belanda. Beberapa kelompok masyarakat ini menganggap Belanda sudah memberikan “kemerdekaan” sehingga ketika pegelaran Piala Dunia mereka mengibarkan bendera Belanda dengan begitu bangganya. Tapi ketika beberapa orang di Papua dan Maluku mengibarkan bendera Belanda, menganggap ada hubungan “sepesial” dengan Belanda, bendera Bintang Kejora, yang merupakan bendera perjuangan OPM diinjak-injak di Belanda, seperti yang saya baca di Okezone.com dan beberap situs berita lainnya beberapa hari yang lalu.

http://international.okezone.com/read/2014/06/27/414/1004870/bendera-papua-merdeka-dilarang-di-belanda.

http://www.radionz.co.nz/international/programmes/datelinepacific/audio/2601330/dutch-new-guinea-veterans-%27angry%27-over-flag-ban.

1404098091582013185

Pembubaran aparat kemanan di Belanda terhadap pengibaran Bendera OPM

(https://farm4.staticflickr.com/3871/14552709173_76c5ccbf0f.jpg)

Saya bertanya-tanya dalam hati, andai Indonesia masuk Piala dunia nanti, ya saya percaya Indonesia bisa masuk Piala Dunia 2022, dan beberapa anak-anak Papua dan anak-anak Maluku yang selama ini dikenal sebagai salah satu penghasil pesepakbola terbaik di Indonesia ikut bermain, Bendera mana yang akan mereka kibarkan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline