Lihat ke Halaman Asli

Pramudya Arie

Penulis Indonesia

Sejarah dan Asal Mula Kegiatan "Bukber" di Indonesia

Diperbarui: 6 April 2024   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DAAI TV


Kegiatan "Bukber" atau buka puasa bersama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun. Acara ini seringkali menjadi momen yang penuh kehangatan dan kebersamaan bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Namun, bagaimana sejarahnya dan bagaimana kegiatan ini berkembang menjadi bagian yang begitu integral dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Indonesia?


Sebelum membahas asal mula "Bukber", penting untuk memahami pentingnya bulan Ramadan dalam Islam. Ramadan adalah bulan suci dalam agama Islam di mana umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan puasa selama sebulan penuh, mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Puasa Ramadan adalah salah satu dari lima rukun Islam dan dianggap sebagai ibadah yang mendatangkan banyak kebaikan.

Selama bulan Ramadan, umat Muslim berusaha meningkatkan ibadah, menahan diri dari makan, minum, dan melakukan hal-hal yang dianggap membatalkan puasa dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun, puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran spiritual, mendekatkan diri pada Allah, dan merasakan empati terhadap mereka yang kurang beruntung.

Bukber merupakan singkatan dari "buka puasa bersama". Tradisi ini biasanya dilakukan di akhir hari puasa, menjelang waktu berbuka. Meskipun bukan kewajiban dalam agama, kegiatan ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Muslim di Indonesia. Asal mula "Bukber" di Indonesia tidak dapat diidentifikasi secara pasti karena praktik ini telah menjadi bagian yang begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama di kalangan Muslim.

Namun, bisa jadi bahwa asal mula "Bukber" bersumber dari praktik berbagi makanan dan kebersamaan yang telah ada sejak lama dalam budaya Indonesia. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat sudah terbiasa dengan adat gotong royong dan berbagi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Islam berkembang di Nusantara, nilai-nilai tersebut tetap dipertahankan dan dimasukkan ke dalam praktik keagamaan, termasuk dalam bulan Ramadan.

Selain pengaruh agama Islam, budaya dan tradisi lokal juga memainkan peran penting dalam pembentukan kegiatan "Bukber". Di berbagai daerah di Indonesia, ada beragam tradisi dan adat istiadat yang menjadi bagian dari perayaan bulan Ramadan. Misalnya, di Jawa, ada tradisi memasak makanan khas seperti ketupat, opor ayam, dan kolak. Di Sumatera, ada tradisi menyajikan makanan khas seperti lemang dan rendang.

Tradisi ini tidak hanya tentang mempersiapkan makanan, tetapi juga tentang kebersamaan dan solidaritas antar sesama. Melalui kegiatan seperti ini, orang-orang saling berbagi kebahagiaan dan saling mendukung dalam menjalani ibadah puasa. Dengan demikian, "Bukber" tidak hanya menjadi ajang untuk memenuhi kebutuhan fisik setelah seharian berpuasa, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh kebersamaan dalam masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, tradisi "Bukber" telah mengalami perkembangan dan perubahan dalam skala dan formatnya. Jika dahulu "Bukber" lebih sering dilakukan secara sederhana di rumah masing-masing, kini banyak tempat umum, seperti masjid, restoran, dan pusat perbelanjaan, menyelenggarakan acara "Bukber" besar-besaran yang dihadiri oleh puluhan bahkan ratusan orang.

Selain itu, media sosial juga telah memainkan peran dalam meningkatkan popularitas "Bukber". Orang-orang seringkali membagikan foto-foto dan cerita tentang "Bukber" mereka di platform seperti Instagram dan Facebook, yang kemudian menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut serta dalam kegiatan serupa. Hal ini juga mencerminkan bagaimana "Bukber" telah menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas sosial masyarakat Indonesia.

Selain sebagai momen untuk berbagi makanan dan kebersamaan, "Bukber" juga mengandung nilai-nilai yang mendalam dalam agama dan budaya Indonesia. Salah satunya adalah nilai solidaritas dan empati terhadap sesama. Dalam "Bukber", orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi berkumpul bersama untuk berbagi makanan dan pengalaman, tanpa memandang perbedaan dan batasan.

Selain itu, "Bukber" juga merupakan bentuk nyata dari nilai saling menghormati dan menghargai antar sesama. Dalam suasana "Bukber", semua orang diberikan kesempatan untuk berbicara dan berbagi pendapat tanpa rasa takut dihakimi atau dicemooh. Hal ini menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah, di mana setiap individu merasa diterima dan dihargai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline