Sistem transportasi kita sangat bergantung pada minyak bumi. Harga minyak yang tinggi dan fluktuatif menimbulkan kesan bahwa produksi minyak telah mencapai puncaknya. Kita akan kehabisan minyak !. Kekhawatiran atas pasokan minyak bukanlah hal baru. Penulis fiksi ilmiah Inggris, H.G. Wells, adalah salah satu tokoh pertama yang menerbitkan essay non fiksi futurologis pada sekitar tahun 1900. Ia yakin bahwa di abad ke 20 akan muncul ancaman-ancaman besar bagi umat manusia.
Tema yang diangkat Wheels selalu terulang sepanjang abad ke 20, dengan menggunakan terminologi berbeda yang mencerminkan kecemasan-kecemasan zaman. Pemerintah AS pernah membuat kalkulasi pada 1914, bahwa minyak yang tersisa di dalam tanah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan 10 tahun lagi, yaitu hingga 1924.
Prediksi selanjutnya pada 1939, dan pada 1951 menyatakan bahwa minyak akan habis dalam waktu 13 tahun. Pada tahun 1999, American Petroleum Institute memperkirakan bahwa dunia akan kehabisan minyak antara tahun 2062 dan 2094. Intinya, kita akan kehabisan minyak dalam jangka waktu tertentu. Sebenarnya apa sih minyak bumi, dan dari mana asalnya?.
Jadi, jutaan tahun yang lalu, tanaman dan ganggang yang mati dan tenggelam ke dasar laut mengalami kenaikan suhu yang cukup tinggi sehingga mereka menyatu menjadi bentuk awal minyak bumi yang belum matang. Ketika laut mengering dan bergeser, sisa hidrogen dan karbon di atmosfer ditambahkan ke dalam campuran. Menurut National Geographic, unsur-unsur itu membantu menciptakan apa yang kita kenal sekarang sebagai bahan bakar fosil.
Pada tahun 50an, seorang ahli geologi bernama M. King Hubbert, melihat data produksi minyak dari semua negara penghasil minyak utama di dunia. Berdasarkan analisis statistik data, ia memproyeksikan bahwa produksi minyak dunia akan mencapai puncaknya selama dekade pertama abad ke 21 (tahun 2000an awal).
Proyeksi ini kemudian dikenal sebagai "Hubbert's Peak." Dan ternyata proyeksi Hubbert sangat akurat, produksi minyak dari negara-negara penghasil minyak yang awalnya dipelajari Hubbert memang melihat puncak produksi minyak kolektif mereka pada awal 2000-an. Jadi, mungkin Hubbert ada benarnya, dan mungkin ada semacam paranoid "peak oil" / "puncak minyak".
Ketika Hubbert membuat prediksinya, industri minyak masih dalam masa pertumbuhan teknis. Sebagian besar produksi minyak berasal dari apa yang disebut ladang minyak "elephant" / "gajah", yaitu reservoir minyak yang sangat besar dan mudah diakses.
Secara ekonomi, pengurangan pasokan minyak secara terus-menerus diwakili oleh serangkaian pergeseran kecil kurva penawaran ke kiri dan pergerakan terkait sepanjang kurva permintaan. Karena bensin adalah barang biasa, maka dunia akan mengalami serangkaian kenaikan harga dan serangkaian pengurangan dalam jumlah total bensin yang dikonsumsi.
Akhirnya, harga akan mencapai titik di mana bensin akan menjadi barang langka yang dibeli oleh sangat sedikit konsumen, sementara konsumen lain akan menemukan alternatif. Ketika ini terjadi, masih akan ada banyak minyak di dalam tanah, tetapi konsumen akan menemukan alternatif yang lebih ekonomis bagi mereka, sehingga hanya ada sedikit permintaan bensin.
Ketika komoditas yang berguna, seperti bensin, menjadi langka, selalu ada ongkos bagi perekonomian, seperti halnya akan ada manfaat bagi perekonomian jika kita menemukan bentuk energi yang tidak terbatas.
Ini karena nilai ekonomi secara kasar diukur dengan nilai barang dan jasa yang dihasilkannya. Ingatlah, bahwa jika tidak ada tragedi yang tidak terduga, atau tindakan yang disengaja untuk membatasi pasokan minyak, pasokan tidak akan turun secara tiba-tiba, artinya harga tidak akan naik secara tiba-tiba. Cara yang keliru untuk membuat prediksi cadangan minyak adalah dengan membuat perhitungan seperti ini :