Lihat ke Halaman Asli

WON Ningrum

Peace of mind, peace of heart...

Fluktuasi Harga Pangan dan Keberpihakan terhadap Rakyat Kecil

Diperbarui: 29 April 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto: freepik.com

Tidak dipungkiri berdasarkan berbagai laporan media yang kita baca atau pun dari pengalaman langsung berinteraksi jual dan beli dengan kondisi pasar di sekitar tempat tinggal kita, harga-harga bahan pangan kebutuhan hidup sehari-hari dipastikan mengalami kenaikan menjelang dan saat bulan Ramadan ini. Meskipun patut disyukuri, kenaikan harga bahan pangan ini tidak terjadi untuk semua bahan pangan dan disinyalir masih dalam kondisi stabil.

Di kota Makassar sendiri, tempat saya bermukim saat ini, terjadi eskalasi kenaikan harga bahan pangan. Salah satu contohnya adalah naiknya harga gula dari harga 12 ribu 500 rupiah menjadi 18 ribu rupiah per kilogram, yakni di luar Harga Eceran Tertinggi (HET).

Apakah kondisi ini adalah kondisi yang bisa dimaklumi? Ya. Apalagi di tengah kepungan wabah Covid-19 yang masih terus menguji kesabaran dan ketabahan kita agar tetap bisa tenang di segala situasi.

Wabah Covid-19 ini telah mengakibatkan terganggunya kesehatan perekonomian di dunia sehingga perekonomian menjadi tidak stabil, atau bisa dikatakan anjlok. Tidak terkecuali dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia.

Beberapa sebab hal ini bisa terjadi, yang dikemukakan oleh Menkeu Sri Mulyani, karena menurunnya konsumsi rumah tangga, investasi yang merosot tajam serta pertumbuhan negatif dari ekspor dan impor.

Kalau ditanya, dalam kehidupan keseharian kita, siapa yang paling terpengaruh atas situasi darurat wabah Covid-19, terkhusus terhadap situasi harga bahan pangan (di bulan Ramadan ini)? Jawaban yang mungkin akan tercetus spontan adalah: Ibu-ibu!

Kenapa rata-rata jawaban yang didapatkan seperti di atas? Karena sudah dimaklumi di masyarakat kita bahwa yang "menanggung" beban ekonomi keluarga dan penyedia keberlangsungan hajat hidup keluarga berupa ketersediaan asupan bahan makanan adalah para ibu.

Merekalah yang saban harinya mengatur segala keperluan dan kebutuhan akan makanan dan segala bahan pokok yang dibutuhkan oleh sebuah rumah tangga. Merekalah yang paling pertama kali merasakan beratnya beban kehidupan rumah tangga secara ekonomi  jika kenaikan harga bahan pangan terjadi di pasar.

Dengan tidak mengesampingkan peran ibu-ibu kita dalam mengelola keuangan rumah tangga, apakah kita tahu bahwa masih ada golongan lain yang juga pasti sangat merasakan dampak dari fluktuasi harga bahan pangan di pasaran?

Ya, mereka adalah rakyat kecil, rakyat prasejahtera serta golongan masyarakat lain yang hidup dengan pas-pasan. Rakyat yang terbiasa hidup di bawah standar kehidupan normal, bahkan mereka yang termasuk hidup di bawah garis kemiskinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline