Lihat ke Halaman Asli

Jembatan Pukul Empat

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_118209" align="aligncenter" width="300" caption="Djembatan Merah Surabaya"][/caption]

I. Penantian Di penantian pukul empat; Sebab bisunya lidah buntunya takdir Dan haus, dan mati mendera kami, Kalau pukul empat segera tiba Melangkah kami ke garis dendam Bertumbak-bedil ‘kan kami bunuh, bakar Mereka yang menggarong punya kami, Cepat, pukul empat akan tiba; Jembatan kepunyaan kami. Milik kami. II. Perjalanan Ribuan pertempuran telah kami lewat, Tapi Jembatan kepunyaan kami. Milik kami. Maukah angin berderai kabarkan berita Seberangi peraliran-peraliran sungai? Tapi dalam kabut bukit mereka musti Tidur bermimpimimpi ditengah Waktu, Bakal tergerak-kah bumi dan getar saat Tubuhtubuh kami meledak pukul empat? Tapi jembatan kepunyaan kami. Milik kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline