Lihat ke Halaman Asli

You

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Y O U

By: Ale 0611013ra

Sesaat lagi lamunanku terbunuh

oleh butir butir embun, yang mengendap di kaca.

Aahh…dan dinginnya menembus kaki.

Mataku mulai samar…cahaya menyebar

dan…kamu…blur…dan membuyar.

Tak terbayar lagi lamunanku.

Seharusnya bukan ku bersandar lagi pada bantal guling

yang semakin hari semakin kerempeng…terhimpit gelisahku.

Tak seharusnya, putaran waktu menyapu bayangmu

darilamunanku.

Tapi, aku masih terhibur

oleh irama rintik hujan diatas genting.

Wajahmu… Matamu… Bibirmu…

Tampar naluriku yang kabur berlari disudut hati.

Aku coba bawa terlelap ikuti rayuan kantuk

yang sejak tadi melucuti.

Kamu… ternyata bisa buatku sebegini lugu.

Aku yang keras merasa seakan kemayu.

Hhmmm… Kamu, harus membayarnya nanti.

Untuk malamku… Untuk gulingku.

Untuk khayalanku yang tanpa episode habis.

Untuk waktu yg sengaja ku bius mati…demi khayalku.

Dan itu kamu…kamu…ya kamu.

Dan sudah jelas kau yang tau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline