Guru diasumsikan sebagai petani dan siswa sebagai bibit yang ditanam. Sebagai seorang petani, tentunya diharapkan benih yang ditanam bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat menghasilkan buah yang berkualitas. Petani akan terus melakukan kegiatan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, seperti mencabut rumput, menggemburkan tanah, memberi pupuk, menyiram, dan merawat tanaman dengan baik. Dalam konteks Pendidikan, guru memiliki peran penting dalam membimbing dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi siswa. Mentoring siswa sesuai kodratnya dan memberikan ruang untuk mengembangkan potensi agar berkembang secara optimal. Harapannya, siswa dapat belajar optimal melalui pembelajaran yang holistik dan memerdekakan di kelas. Selain itu, guru memiliki harapan agar pembelajaran berfokus pada kebutuhan belajar siswa dan memiliki kebermaknaan yang mendalam.
Namun, seringkali terjadi dalam proses pembelajaran di kelas guru menggunakan metode yang sama untuk semua siswa, hasilnya tidak dapat memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari siswa. Hal ini berdampak bagi siswa yang memiliki pemahaman materi yang baik menjadi tidak tertantang, sedangkan siswa yang memiliki pemahaman materi yang kurang tidak dapat bimbingan yang optimal. Setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dan khas. Untuk memenuhi kebutuhan belajar dan minat siswa, diperlukan strategi dan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum merdeka. Hal ini harus tetap memperhatikan kebebasan guru dan siswa, terutama dengan menerapkan pendekatan student center. Salah satu strategi yang bisa diterapkan ialah melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar, memberikan ruang bagi siswa untuk bisa meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar serta minat belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam strategi ini, siswa diberikan keleluasaan untuk memilih materi pembelajaran, metode belajar, dan hasil belajar yang ingin dicapai. Namun, penting untuk tetap memperhatikan batasan dan petunjuk yang diberikan oleh guru agar pembelajaran berjalan kondusif.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka sudah diterapkan di suatu sekolah negeri di kota Semarang yaitu SMA Negeri 6 Semarang. Dalam kegiatan belajar mengajar di SMAN 6 Semarang hal pertama yang dilakukan guru adalah asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif untuk memetakan kebutuhan belajar siswa. Asesmen diganostik kognitif terkait kesiapan belajar siswa. Contoh dari aspek kesiapan siswa yaitu apakah meraka sudah bisa masuk ke konsep abstrak atau masih membutuhkan berbagai contoh konkret. Sedangkan asesmen diagnostic non kognitif berupa minat dan latar belakang siswa, hal ini diperoleh bisa melalui observasi siswa, wawancara, dan lainnya. Selanjutnya data diolah guna merencanakan pembelajaran yang berdampak dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Pembelajaran diferensiasi dapat dilakukan melalui pendekatan terhadap konten, proses, dan produk atau hasil. Diferensiasi konten terkait dengan materi yang dipelajari oleh siswa. Ini bisa dilakukan dengan merancang pembelajaran sesuai dengan tingkat kesiapan siswa. Proses diferensiasi terkait dengan usaha siswa dalam memahami materi pembelajaran, sedangkan diferensisasi produk terkait dengan hasil dari pemahaman tersebut. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) atau pembelajaran project based learning (PjBL).
Berdasarkan hasil pengamatan di suatu kelas SMAN 6 Semarang, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan pemantik untuk memunculkan keingintahuan siswa dalam belajar. Hal ini guna memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat, memahami tujuan, dan asesmen yang dibuat oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelompok yang berisi beberapa siswa secara heterogen untuk mendiskusikan penyelesaian dari persoalan yang diberikan. Tujuan dibuat secara heterogeny agar murid yang pahaman materinya mudah dapat membantu teman kelompoknya yang masih kesulitan. Selain itu juga mendorong siswa untuk berkomunikasi, berkolaborasi, kreatif, dan berpikir kritis.
Dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan, siswa diberikan kesempatan mencari informasi dari berbagai sumber yang diberikan oleh guru bisa melalui buku LKS atau link youtube, dan sebagainya. Setelah menyelesaikan persoalan yang diberikan, siswa diminta untuk mengkomunikasikan hasilnya melalui presentasi di depan kelas. Pada kegiatan presentasi siswa diberikan ruang untuk menanggapi hasil jawaban siswa lainnya dengan bahasa yang sopan. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi telah meningkatkan antusiasme dan keterlibatan siswa dalam proses belajar, karena memperhatikan kebutuhan belajar mereka. Pembelajaran dipertajam untuk keterkaitan yang lebih nyata dan bermakna sehingga memperkuat pengertian jangka panjang bagi siswa.
Perubahan postif yang terlihat dari siswa seperti siswa berani mengungkapkan pendapat, berpikir kritis, kreatif, dan dapat berkolaborasi tanpa membeda-bedakan merupakan keterampilan abad ke-21 yang dapat dikembangkan siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi. Siswa yang memiliki pemahaman materi yangmudah dapat berkemampuan mengeksplorasi informasi secara mendalam dan dapat memberikan bantuan kepada temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan siswa yang memiliki pemahaman materi yang kurang akan diberi bantuan dari guru dan teman-temannya, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di kelas.
#Ayu Nawang Wulan (24402400088)
#PPG Bagi Calon Guru Gelombang I 2024