Lihat ke Halaman Asli

Wizdanul Maarif

من عرف نفسه فقد عرف ريه

Kepemimpinan dan Berpikir Positif

Diperbarui: 7 Desember 2021   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

          pada hari ini di zaman yang serba canggih akan teknologi banyak tantangan untuk generasi muda bahkan yang sudah tidak muda lagi(tua)hehe, tantangan yang sudah tidak ada batasan lagi antara laki-laki ataupun perempuan. perlu kita ketahui bahwasanya seorang pemimpin yang hebat bukanlah terletak pada gender laki-laki atau perempuanya, karena kebiasaan yang terbenak dalam pikiran banyak orang khususnya dinegara kita hari ini yaitu  haruslah laki-laki yang menjadi seorang pemimpin yang ideal karena sering kali perempuan yang diterbelakangkan dan seolah-olah perempuan identik dengan urusan rumah tangga.

lantas pemimpin yang ideal seperti apa.?apakah karena dia laki-laki?atau perempuan?

              menurut paradigma saya pemimpin yang ideal tidak lah ada pembedanya antara laki-laki dan perempuan karena pada hakikatnya kita semua adalah pemimpin.pemimpin untuk siapa? pemimpin untuk diri sendiri. Untuk apa.? untuk lebih mengenal diri kita sebagai manusia. sebagaimana perkataan sayyidina Ali bin abi talib "barang siapa yang mengenal dirinya pasti akan mengenal tuhanya" lantas yang menjadi pertanyaan diri kita pribadi,jika orang yang mengenali dirinya maka akan mengenal tuhanya,apakah orang yang tidak mau kenal tuhan itu termasuk orang yang tidak tahu diri?

dalam pembahasan tulisan yang masih banyak kekurangan ini,setelah kita mengenal bahwasanya kita semua baik laki-laki atau perempuan adalah seorang pemimpin maka saya akan mengutarakan salah satu hal yang terpenting dalam kepemimpinan yang baik dalam organisasi ataupun diri sendiri.

          ada satu hal yang penting dalam kepemimpinan yaitu seorang pemimpin haruslah mempunyai karakter positif thinking,akan tetapi menurut perkembangan terakhir ilmu psikologi justru menemukan adanya akar masalah dengan perinsip positif thinking. dalam artikel "the problem with positif thinking" di new york times yang mana didalamnya menyebutkan bahwasanya pemikiran positif malah berdampak buruk karena terkadang hasil tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan kita.

lantas kita harus bagaimana?

           setelah saya membaca buku filosofi teras saya menemukan solusinya. didalam buku filosofi teras halaman 16 tertera bahwasanya penulis artikel di new york times mengusulkan "mental contrasting" apa itu mental contrasting.? menggabungkan positive thinking ( membayangkan hasil yang diharapkan tercapai) dengan hambatan-hambatan apa saja yang akan ditemui. penelitian menunjukan bahwasanya para peserta yang mencoba "mental contrasting" lebih baik daripada orang-orang yang berfikir positif atau berfikir negatif saja. kebiasaan kita yang seringkali kita terlalu berfikir postif tanpa memperhatikan kendala ibarat kita mau ujian hanya mengandalkan berfikir positif tanpa mau belajar maka semuanya akan sia-sia.

            oleh karena itu kita semua selaku para pemimpin harapan bangsa mari kita kenali diri kita siapa?kita adalah pemimpin tidak boleh hanya terdiam dalam sebuah kenangan ataupun kemenangan,dunia ini terus berputar jika salah putaran maka kita akan keteteran. dengan mengenali bagaimana cara pemimpin yang ideal mudah-mudahan kita bisa menjadi seorang pemimpin yan adil dan bijaksana,karna kalau bukan dari sekarang,kapan lagi.?kalau bukan kita,siapa lagi.?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline