Kala itu rintik hujan turun membasahi bumi menyapu semua angan-angan semu. terlintas hasrat untuk pergi, rasanya inginku menghilang tuk beberapa saat dari kenyataan dan lari tuk mencari tempat perlarian diri. kulangkahkan kakiku menuju suatu tempat yang sepi dari hiruk pikuk keramaian, dengan menapaki beberapa anak tangga sampailah aku ditempat favoritku. Disana aku terduduk merenung, menunggu sang lembayung senja datang yang setiap sorenya menemani hari-hariku. Namun sayangnya sore itu ia tak kunjung datang, dikarenakan awan dan langit hitam nan gelap telah menutupinya. Padahal ku berharap dengan melihat senja rasa rinduku kepadanya dapat terkurangi.
Rasanya masih belum bisa ikhlas tuk menerima taqdir ini, menjalani hari-hariku di penjara suci. Karena memang dari awal aku sama sekali tidak berniat untuk masuk Mahad Aly ini, jadi kegiatan yang kujalani disini kulakukan sesuka hatiku dan mengalir begitu saja. Kalau bukan karena keinginan dan motivasi akhirat dari kembaranku yang ingin masuk Mahad Aly ini, aku tidak akan daftar kesini karena sebenarnya aku tidak mau melanjutkan pendidikanku ke pondok pesantren lagi. Aku sudah merasa sangat bosan 6 tahun lamanya hidup di penjara suci, masa kuliah pun mau mondok lagi ujarku pada kembaranku. Aku sangat penasaran dan ingin sekali merasakan hidup diluar, Semua planning sudah kurencanakan. Kalau aku sekolah diluar aku ingin mengambil jurusan Psikologi, aku mau ngekos bareng teman-temanku dan berbagai macam planning lain yang sudah kususun dengan rapi. Ayah dan ibupun membolehkan dan mendukungku.
Berbeda 100 % dari saudari kembarku dia sangat Masyaaalllah dan sangat Shalihah sekali, semua ucapannya bijaksana dan bermakna. Suatu hari kembaranku bertanya tentang tujuanku sekolah diluar dan beberapa pernyataan yang berulang-ulang kali ia lontarkan kepadaku. " Loe bener mau sekolah di luar ? hidup diluar itu keras apalagi buat orang-orang yang lemah kayak Loe .Ujian imannya berat, gua sih takutnya loe bakal kebawa arus pergaulan yang bebas disana!! Nanti kalau Loe ngekos, tiap harinya mau makan apa ? masak aja gak bisa, apa mau makan Mie Instan mulu, kriting yang ada lambung loe!! " sumpah pertanyaannya menghina sekali dan diulang berkali-kali membuat kedua telingaku semakin pengang, namun aku tetap teguh pendirian dengan keinginanku yang ingin sekolah diluar. Akan tetapi ia tak kenal lelah dan tak bosan tiap harinya ia mengajak aku, ayah dan ibuku berdiskusi masalah-malasah akhirat dan lambat laun kitapun luluh oleh perkataannya
" Kita sudah hidup dipenghujung zaman, bentar lagi kiamat untuk apa kita susah payah mengejar dunia karena kelak diakhirat ayah sama ibu hanya butuh doa' dari anak-anak yang shalih " , Ibu dan ayahku tersentuh dengan perkataannya. Akupun merelakan semua impian-impianku , rasanya aku seperti sedang terhipnotis sama semua perkataan kembaranku, Dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut daftar sekolah bersamanya.
Pada awalnya ibuku tidak tega dan tidak mengizinkan kami untuk mondok lagi, karena ibuku tau kalau kembaranku sangat rentan terserang penyakit ia memiliki riwayat sakit Tipes, DBD dan belum lagi penyakit Maaghnya yang sudah parah, oleh sebab itu ibuku tidak setuju dan khawatir jika penyakit-penyakitnya kambuh ketika dipondok.Dengan keyakinan dan tekad yang bulat kembaranku meyakinkan aku dan ibuku, Ya sudahlah dicoba dulu saja ujar ayahku pada ibu.Mahad Aly yang akan kita masuki memiliki 2 jurusan yaitu Tahfidz dan Takhil . Aku memilih prodi Takhil sedangkan kembaranku memilih prodi Tahfidz, Sistem tes penerimaan santrinya berbeda, yang Prodi Tahfidz Online sedangkan Prodi Takhil Offline (harus langsung kesana)."Harus kesana ? sendirian lagi " gak mau ucapku pada ayah dan ibuku. Aku berpikir ulang apa aku jadi daftar disana atau tidak, melihat keraguanku kembaranku menyarankanku untuk shalat istikhoroh dan mempertimbangkan dengan matang.
Tiba pada hari penerimaan Santri baru, aku pergi ke Boyolali Bersama teman-temanku untuk mengikuti kegiatan PMB di Mahad Aly tersebut.Sebelum pergi ke Boyolali aku singgah ke Cirebon untuk menginap dirumah temanku aku pergi kesana menaiki kereta seorang diri dan itu menjadi pengalaman perdanaku pergi jauh dan benar-benar sendirian seperti itu, karena biasanya kemana-kemana selalu diantar oleh ayah tapi kebetulan saat itu ayahku sangat sibuk dan tidak bisa mengantarku.Sesampainya di Cirebon aku istirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan ke Boyolali bersama teman-temanku menaiki mobil. Ketika kami tes dipondok kembaranku pun dites secara Online via Whaatsap , setelah mengalami proses yang panjang pengumuman hasil tespun tiba. hati kami berdebar-debar,rasanya bercampur aduk ketika melihat daftar nama-nama calon Mahasantri yang diterima, berulang kali aku scrall handphoneku dari atas ke bawah dan dari bawah keatas. Namaku dan teman-temanku tertera disana, Qadarullah yang membuatku terkaget-kaget dan sangat tidak menyangka karena nama kembaranku tidak ada dalam deretan barisan nama calon Mahasantri yang telah diterima. Bak tersambar petir rasanya sangat menyakitkan bagi kami dan tak terasa butiran-butiran air diujung pelupuk mataku terus menetes begitupula dengan kembaranku ia menangis sejadi-jadinya pondok yang telah ia impi-impikan dari sejak SMA hanya menjadi sebuah angan-angan belaka, sedangkan aku yang tak berharap sedikitpun malah diberi kesempatan untuk menuntut ilmu disana.
Aku terus menangis dan memeluk kembaranku dan memutuskan untuk tidak jadi masuk kesana.Dengan suara lirih ia berbisik kepadaku "Kamu hebat, tidak semua orang memiliki kesempatan dan peluang sepertimu, bersyukurlah bisa dipersatukan dengan para keluarga Allah hidup di lingkungan orang-orang Shalih, padahal aku berharap sekali bisa sekolah disana namun Scnario Allah lebih indah daripada rencananya makhluknya" aku tertegun berusaha mencerna kata-katanya dan kutatap wajahnya dalam-dalam, terasa sekali rasa kekecewaan yang amat dalam yang ia rasakan namun ia membungkusnya dengan rasa sabar dan ketegaran namun matanya tidak bisa membohongiku. "Pokoknya aku gak mau" ucapku padanya, dia berkata lagi "Demi semua impian-impianku, kamu harus mau ya" bujuknya padaku.
Ibu memandang ke arah kami seraya berkata:" ndak apa-apa, kali ini sekolahnya pisah. hitung-hitung buat Latihan loh kak, dek . kan gak selamanya kalian bersama terus, nanti kalo sudah ada yang nikah masa iya mau bareng terus , iya gak yah?" kata ibu pada ayah, Ayah hanya tersenyum tipis sambil mengangkat jari jempolnya. Selang beberapa hari setelah kejadian itu, kembaranku mendaftar ke sebuah Mahad Aly yang lainnya dan Alhamdulillah ia diterima disana, bahkan ia lebih dulu masuk ketimbang aku.
Masih teringat sekali ketika pertama kali kami hendak berpisah, waktu itu jam menunjukkan pukul 00.00 WIB , malam itu malam terakhirku bersamanya dan terjadilah Drama Korea ala-ala kami.Aku menangis dan menggenggam tangannya, Ia pun memegang pundakku dan berkata : "Hidup selalu punya cara untuk menjatuhkan impian kita, Impian bisa terkubur dalam keputus asaan, penyesalan dimasa lalu serta kepercayaan diri yang rendah. Ada saatnya kamu merasa hidup tidak bersahabat ketika semua yang telah kau impikan jauh dari harapan, jatuh bangun dalam sebuah perjuangan memanglah hal yang biasa kadang kita dibawah kadang kita diatas tidak mudah memang untuk menerima itu semua . Sangat tidak mudah ketika kita berada dalam titik terendah dalam hidup rasanya sangat menyakitkan, begitu memalukan, begitu menyedihkan tapi walaupun begitu kamu harus tetap kuat menjalani itu sendiri hadapilah dengan segenap hati hadapilah dengan ketegaran dan keyakinan. Yang harus kamu tau titik terendah itu bukan disaat kamu harus pasrah dan menyerah justru titik terendah itulah yang akan menjadikan pijakanmu jauh lebih baik, menjadi pondasi yang kokoh untuk kamu tumbuh dan lebih dewasa dalam menghadapi hidup. bersyukurlah jika kamu sudah pernah berada dititik terendah itu, karena tidak ada pilihan lain selain menuju titik tertinggi. teruslah berupaya dan berdo'a karena kamupun berhak untuk Bahagia , Jangan pernah kamu berpikiran Allah itu tidak adil karena ketahuilah mungkin dibalik itu semua pasti ada hikmah yang bisa kita ambil dan dijadikan pelajaran bagi kita. Allah memisahkan kita biar kita tuh tahu bagaimana sih rasanya merindu.Sudah akhiri kesedihanmu".Ku hanya mengangguk sembari menahan butiran air mata yang hendak mengalir kembali.
Dalam suasana haru tiba-tiba ayah berkata " sudah jangan lama-lama Last Nightkannya kasian tuh Bapak Travelnya dah nungguin". Ia dan Ibupun masuk kedalam travel, Aku hanya bisa memandang dari luar mulai dari ia masuk Travel hingga bayangan travel itu menghilang bersama kegelapan malam. Karena kelelahan menangis semalaman akhirnya akupun tertidur. Keesokan harinya aku masih belum bisa Move on dan selalu merasa klo masih ada kembaranku.Ayah dan Ibu selalu memberi pengertian kepadaku, akhirnya hari demi hari telah terlewati tanpa ada hadirnya dan aku mulai bisa menerima dan terbiasa.Ya sampai detik ini sampai sejauh ini aku bertahan, Aku dan ia sama-sama berjuang mesti ditempat yang berbeda namun kami satu tujuan. Seiring berjalannya waktu aku mulai mengerti dan ku perbaiki niatku untuk mondok disini. Akupun mulai Enjoy hidup disini dari yang awalnya terpaksa lama kelamaan akupun terbiasa akan tetapi aku sering sekali merasa rindu padanya,kami saling bertelepon bertukar cerita dan berbagi pengalaman-pengalaman baru yang telah kita alami. Ia juga selalu memberiku motivasi agar semangat dalam menuntut ilmu entah dengan wejangan nasihat-nasihatnya atau bahkan syair-syair yang dilantunkannya untukku.