Lihat ke Halaman Asli

Wiwit Sawalas

Author I Content Writer Specialist I SEO Content Writer I Digital Writer I Blogger

Tone Deaf, Gaya Hidup?

Diperbarui: 10 September 2024   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay/egoisme

Tone deaf, istilah ini baru-baru ini populer di media sosial setidaknya sejak beberapa pekan lalu. Alih-alih mendeskripsikan sebagai orang dengan ketidakkemampuan mengenali nada dalam musik, yang terjadi justru digunakan untuk menyebu seseorang dengan ketidakmampuan membaca situasi sosial. Bahasa mudahnya, seseorang dengan tone deaf ini tidak peka, memiliki kemampuan empati yang rendah dan tidak sensitive dengan lingkungan dimana ia berada.

Tindakannya memberi dampak negative terhadap interaksi sosial. Siapa saja yang dapat melakukan tone deaf?

  • Diri sendiri

Anda sendiri mungkin saja salah satu pelaku tone deaf. Ketidakpekaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain yang membuat orang tersebut terluka secara batin. Orang dengan tone deaf biasanya tidak menyadari kalau dirinya begitu. Ciri-ciri orang tone deaf adalah tidak sopan, tidak bisa membaca situasi, bertingkah laku sesuka hati, suka pamer. Lawan dari tone deaf adalah hyper sensitive. Yaitu orang dengan kepribadian sangat sensitive. Mudah tersinggung, dst.

  • Orang tua

Apakah orang tua bisa jadi pelaku tone deaf? sangat mungkin. Orang tua yang tidak memiliki kepekaan dengan mengabaikan tumbuh kembang dan perasaan anak-anaknya. Orang tua yang gagal mendidik dan mengenalkan emosi terhadap anak-anaknya. Mereka secara tidak sadar membangun pribadi anak-anak yang tidak mampu mengelola emosinya dengan baik. Anak ini menjadi tidak mampu berempati terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Orang tua tone deaf ini akhirnya melahirkan generasi tone deaf. Cukup menakutkan untuk dibayangkan.

  • Teman

Pernah memiliki teman yang sangat tidak peka? pasti sangat menyebalkan. Terjebak di circle pertemanan yang tone deaf  bisa saja terjadi. Satu orang dengan perilaku tone deaf saja sudah cukup menguras emosi. Bagaimana jika Anda satu-satunya yang normal, dan yang lain tone deaf? Jelas ini pertemanan yang tidak sehat.

  • Pejabat

Kalangan pejabat tak perlu ditanya lagi bagaimana mereka dengan bangga berperilaku tone deaf tanpa memperhatikan kondisi Masyarakat yang ada dalam pemerintahannya. Tak perlu dijabarkan lebih lanjut, bukan? Semua orang sudah mengetahu itu. Sebuah rahasia umum, atau bisa disebut dengan cara hidup pejabat? Entahlah.

  • Semua orang

Siapapun mungkin menjadi pribadi tone deaf. Tak terkecuali. Berhati-hati saat bersikap itu menjadi salah satu cara menghindari sikap ini.

Bagaimana mengatasinya?

Jika pelaku tone deaf adalah diri sendiri, cobalah untuk introspeksi diri. Kenali diri Anda lebih dalam. Cobalah memperbaiki diri. Lakukan beberapa tips ini,

  • Membaca

Membaca berita dan membaca buku membuat seseorang mendapatkan informasi dan pengetahuan baru. Seseorang akan mengalami proses berfikir dari membaca. Mereka akan belajar untuk berperilaku, bersikap dan berempati dari bacaan yang mereka baca. Terutama saat membaca buku pengembangan diri dan fiksi seperti novel, cerita pendek dan puisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline