Lihat ke Halaman Asli

Istri Bukan Sekedar Kasir lho…

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kalau kita perhatikan dengan seksama yang paling terkena dampak akibat penurunan ekonomi negara, apalagi ekonomi keluarga adalah kaum perempuan (baca : istri). Kok bisa sih…? Karena pada kenyataannya sehari-hari sang istri dihadapkan langsung pada detail-detail kebutuhan keluarga. Istri lebih dahulu tahu dampak yang akan menimpa keluaraga jika kondisi keuangan kacau, apalagi harga yang melambung tinggi sedang penghasilan keluarga atau suami terancam. Konsekuensinya adalah istri harus memutar otak dan mencari solusinya. Bila keluarga tidak lagi memiliki nafkah, keharmonisan keluarga rawan terganggu, karenanya istri sangat rawan terjadinya KDRT, perceraian, dan gangguan psikologis akibat tekanan ekonomi.

Ketika seorang istri memikirkan perencanaan keuangan untuk dirinya, bukan berarti dia mengecilkan peranan suami. Akan tetapi hal ini dilakukan karena kesadaran untuk mengantisipasi resiko-resiko finansial yang mungkin terjadi dalam keluarga. Sehingga suatu langkah yang bijak ketika istri berinisiatif untuk membangun kemandirian finansial, akan lebih baik lagi jika hal itu mendapat dukungan sang suami.

Langkah yang bisa diambil untuk mewujudkan kemandirian seorang istri atau ibu antara lain :

Mengalokasikan dana untuk memiliki asuransi, terutama untuk suami sebagai pencari nafkah. Apabila sang istri turut berperan sebagai pencari nafkah wajib hukumnya untuk memiliki sebuah rekening asuransi. Ketika terjadi resiko yang mengakibatkan kematian atau pencari nafkah tidak mampu bekerja lagi, maka ahli waris akan memperoleh sejumlah uang pertanggungan asuransi yang diserahkan perusahaan asuransi kepada ahliwaris yang menjadi tanggungannya, bisa istri atau anak-anaknya.

Membuat perencanaan warisan yang mengatur bagaimana harta akan dibagikan dari sebelum meninggal melalui hibah atau melalui surat wasiat (setelah meninggal).

Perencanaan hutang. Ketika suami meminjam uang ke bank, biasanya istri juga diminta ikut menandatanganinya. Artinya sang istri ikut bertanggung jawab terhadap hutang suami, termasuk juga merelakan harta bersama untuk dijadikan jaminan. Ketika gagal membayar hutang, maka harta bersama yang dijadikan jaminan bisa disita. Untuk itu perhitungkan kemampuan suami dalam mengembalikan hutang.

Perencanaan pensiun dan kesehatan. Umur panjang menjadi dambaan setiap orang. Berdasarkan hasil survey, perempuan memiliki usia yang lebih panjang dibanding laki-laki. Namun umur panjang membawa konsekuensi keharusan tersedianya sarana-sarana untuk menikmati hidup, salah satunya adalah ketersediaan dana yang cukup untuk menikmati masa tua dan untuk biaya kesehatan yang mungkin timbul. Mempersiapkan dana pensiun dan kesehatan untuk diri sendiri dan terpisah dari suami adalah suatu langkah yang cerdas dan bijak.

Seoarang istri / ibu memerlukan perencanaan keuangan untuk dirinya sendiri, salah satunya yaitu asuransi, karena sesuatu bisa saja terjadi diluar perkiraan kita yang dapat berpengaruh terhadap kondisi finansial keluarga. Selain itu dengan membuat perencanaan keuangan berarti menghargai diri sendiri, dan merupakan wujud cinta pada suami, anak dan keluarga. Jadi….alangkah indahnya bila punya sumber dana dari hasil perencanaan tersebut.

Salam Cerdas Wiwit Prayitno, S.Pt, N.Md

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline