Lihat ke Halaman Asli

Wiwin Winarty

Mahasiswa

Perjalanan Inspiratif Membangun Pendidikan Islam, Kisah Agus Gunawan dan Yayasan Riyadusalam

Diperbarui: 8 Desember 2024   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan adalah dasar utama untuk membentuk karakter dan membangun peradaban sebuah bangsa. Di balik keberhasilan sebuah lembaga pendidikan, biasanya ada individu yang bekerja dengan penuh dedikasi dan semangat pengabdian. Salah satu sosok inspiratif dalam dunia pendidikan Islami adalah Agus Gunawan, S.Pd., pendiri Yayasan Riyadusallam. Dengan tekad yang kuat dan komitmen yang tinggi, ia mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk membangun sebuah lembaga pendidikan Islami. Yayasan ini tidak hanya menjadi tempat belajar bagi anak-anak, tetapi juga menjadi ruang yang mendukung pembentukan nilai-nilai spiritual dan moral di tengah masyarakat sekitar. Agus Gunawan lahir pada 15 Agustus 1981 di Bandung, Jawa Barat. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana yang mengajarkan nilai-nilai kerja keras dan rasa syukur. Lingkungan tempat tinggalnya, dipenuhi suasana yang mendukung pengembangan nilai-nilai agama dan moral. Hal ini membentuk kepribadian Agus menjadi seseorang yang teguh, berprinsip, dan memiliki visi yang jelas untuk masa depannya.

Sejak kecil, Agus sudah menunjukkan minat besar terhadap pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat di sekitarnya. Perjalanan pendidikannya dimulai di SDN Wates 2, yang ia selesaikan pada tahun 1994. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Katapang dan lulus pada 1997. Pendidikan menengahnya ditempuh di SMKN 6 Bandung, di mana ia berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2000. Selama masa pendidikannya, Agus selalu termotivasi untuk belajar dan berkembang, memahami bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah modal utama untuk mewujudkan mimpi dan membawa perubahan positif bagi komunitasnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Agus Gunawan melanjutkan perjalanan intelektual dan spiritualnya ke Pesantren At-Taufiq di Garut Selatan. Selama dua tahun, dari akhir tahun 2000 hingga awal 2003, ia mendalami ilmu agama dan menjalani kehidupan pesantren yang sederhana namun penuh makna. Di sini, Agus menemukan kesempatan untuk memperkaya dirinya tidak hanya dalam ilmu pengetahuan agama, tetapi juga dalam memahami arti tanggung jawab dan kehidupan mandiri. Lingkungan pesantren yang penuh kebersamaan turut membentuk pribadinya menjadi seseorang yang mampu bekerja sama dengan baik dan sabar menghadapi tantangan.

Pengalaman hidup di pesantren memberikan Agus dasar spiritual yang kuat. Nilai-nilai Islami yang ia pelajari selama masa pendidikan ini menjadi pedoman hidup yang terus ia pegang hingga kini. Ia belajar untuk menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Sang Pencipta dan hubungan dengan sesama manusia, yang menjadi landasan penting dalam setiap langkah kehidupannya. Kehidupan pesantren juga mengajarkan Agus pentingnya keikhlasan dalam setiap tindakan, serta rasa syukur atas apa yang dimiliki. Selama masa pendidikannya di pesantren, Agus mulai merasakan panggilan yang kuat untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama. Ia menyadari bahwa pendidikan agama adalah bagian penting dalam membentuk karakter generasi muda. Pengalaman ini menginspirasi Agus untuk berpikir lebih luas tentang bagaimana ia bisa berperan dalam membangun akses pendidikan Islami, terutama di daerah-daerah yang belum memiliki lembaga pendidikan yang memadai.

Keyakinan Agus untuk berkontribusi di bidang pendidikan semakin kokoh ketika ia menyaksikan betapa besar dampak positif pendidikan agama bagi kehidupan masyarakat. Ia bercita-cita untuk mendirikan lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai moral dan keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan zaman. Visi ini terus menjadi motivasi yang menggerakkan langkah Agus dalam merancang masa depannya sebagai seorang pendidik dan penggerak masyarakat.

Sekembalinya dari pesantren pada tahun 2003, Agus melihat bahwa pendidikan agama di lingkungannya masih sangat terbatas. Anak-anak di sekitar tempat tinggalnya belum memiliki akses yang mudah untuk mendapat pembelajaran agama yang terstruktur. Kondisi ini menyentuh hati Agus, mendorongnya untuk mengambil langkah nyata demi mengatasi masalah tersebut. Dengan dukungan penuh dari istrinya, Umi, ia memutuskan untuk mendirikan tempat pendidikan agama sederhana yang ditujukan bagi anak-anak usia sekolah dasar.

Proses belajar-mengajar pertama kali dilakukan di sebuah mushola kecil yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Pada awalnya, kegiatan ini diikuti oleh sekitar 20 murid, dengan Agus dan Umi sebagai tenaga pengajar utama. Meski fasilitas yang tersedia sangat minim, semangat Agus untuk memberikan pendidikan agama yang berkualitas tidak pernah surut. Ia selalu berusaha menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, sehingga mereka tidak hanya belajar, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka.

Seiring berjalannya waktu, jumlah murid terus bertambah. Mushola kecil yang sebelumnya menjadi ruang belajar utama tak lagi cukup untuk menampung anak-anak yang ingin belajar. Melihat situasi ini, pada tahun 2005, Agus dan keluarganya memutuskan untuk menggunakan lahan bekas kandang ayam yang sudah tidak terpakai. Dengan kerja keras dan renovasi sederhana, lahan tersebut disulap menjadi ruang belajar yang lebih layak. Meski sederhana, tempat ini memberikan harapan baru bagi para murid untuk terus mendapatkan pendidikan agama yang lebih baik.

Pendirian ruang belajar baru ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Agus dan keluarganya. Tempat belajar sederhana itu berkembang menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan Riyadusallam. Yayasan ini tidak hanya berfokus pada pendidikan agama, tetapi juga mulai menyentuh aspek-aspek lain yang mendukung perkembangan karakter anak-anak, seperti kegiatan membaca, keterampilan dasar, dan pembinaan moral. Agus yakin bahwa kombinasi pendidikan agama dan keterampilan hidup akan menjadi bekal berharga bagi generasi muda di lingkungannya.

Yayasan Riyadusallam menjadi simbol perjuangan dan pengabdian Agus serta keluarganya. Dari awal yang penuh keterbatasan, mereka berhasil menciptakan lembaga pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat. Bagi Agus, kesuksesan ini adalah bukti bahwa niat tulus dan usaha keras, meski dimulai dari hal kecil, dapat menghasilkan dampak besar.

Pada tahun 2008, Agus memulai langkah besar dengan membangun fasilitas pendidikan di atas tanah wakaf keluarganya. Proses ini menjadi perjalanan panjang yang memakan waktu hingga sepuluh tahun, terutama karena keterbatasan dana. Dalam kurun waktu tersebut, Agus dan timnya bekerja keras untuk mengumpulkan sumber pendanaan melalui donasi sukarela, infak, serta iuran orang tua murid. Meski tantangan finansial sering kali menjadi hambatan terbesar, semangat Agus untuk mewujudkan cita-citanya tidak pernah pudar. Ia percaya bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline