Lihat ke Halaman Asli

Riuh sang Papa

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi yang dalam keraguan, tapi Anda harus bekerja sekarang demi sesuap nasi untuk hari ke depan. Terperangkap dalam hal statis kadang membuat miris. Anda kerjakeras tiap hari karena ingin membelikan madu untuk istri yang rela di "madu". Apa yang harus di lakukan? Tiap hari berantakan, tiap hari hanya ada kekecewaan. Tumbuh.

Menghadapi cuaca kali ini terlalu sulit karena hujan dan panas sangat pelit, beradu tiap detik tanpa membuat Anda berkutik. Hujan dikaca membuat Anda terbiasa dengan kabar burung, Anda di PHK karena suka murung. Ini kah yang bisa dinamakan kecelakaan 'beruntung'? Anda cuma tertawa bingung.

Pagi ini Anda mulai mencari kerja lagi sehingga harus bangun dari tempat tidur sebelum ayam berteriak sesuka hati. Anda hanya ingin menyelamatkan rumah ini dari kejatuhan, itu sebab nya sepanjang hari cuma bisa nya merokok sepanjang jalan. Lengah pikiran bercabang tak layak nya Anda katakan itu sebuah pekerjaan, yang dimana otak bekerja setengah harga. Tiada tandingnya Anda menipu keluarga.

Besoknya Anda bilang sedang butuh ruang untuk meredam pikiran. Sang istri mengangguk setuju dengan perasaan lesu. Omongan tetangga terus bersahut-sahutan, namun dibiarkan sampai berita itu mengantuk di lakukan. Kadang-kadang menyenangkan untuk menyerah tiada resah yang mulai membasah. Sebut sajalah aku ini dengan Asa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline