Lihat ke Halaman Asli

Vagina

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Akhirnya vagina bertemu dengan kekasihnya, dia mulai menggeliat dan malu-malu tapi itu bukan benalu. Kerap kali hanya dirundung gelisah. gerah dan semakin parah untuk bercinta. Sebut saja ini kenakalan remaja, yang biasa dicerca. Atau hanya ini sebuah dosa untuk ditanya sama Dia.


Terlanjur sudah,cairan sperma mulai bicara aku pun tak bisa mencegah. Teriak semakin dalam tentang isinya. Ah, mari mandi saja. Setiap nafas adalah cerita, entah itu dihadapan-Nya atau hanya kedengerannya saja. Kini mulai mual dengan berbagai pertanyaan. Nikmat atau sepat? aku tersipu bengis meringis. Bukan! ini bukan kasus tapi ini sebuah desus yang mengendus-ngendus. Yasudahlah..vagina mulai mengerti, ini hanya soal otot telentang diranjang yang tiap malam menghisap dibagian selangkang.


Tenggelam. aku tenggelam.vagina mulai bolos untuk matahari. Dia lebih percaya nikah siri, yang dia harap tak pasti. Aku tak membenci tentang ini, hanya aku merasa hina berulang kali. Aku laporan setiap malam pada-Nya dengan lirih. Aku mencermati sanksi yang akan Dia pilih, aku mulai tertatih. Berbagai variasi menepik pipi, aku sadari ini semua kesalahan murni yang sebentar lagi mulai mati 10menit lagi. Tuhan, jemputlah dosa ku bukan jasad ku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline