Lihat ke Halaman Asli

Arya, Sang Pemburu Koruptor (1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ampun, jangan bunuh saya. Ambil saja apa yang kamu mau, tapi jangan bunuh saya!” Laki-laki itu memelas sambil memeluk dan mencium kaki sosok hitam yang berdiri di hadapannya.

“Aku tidak butuh hartamu, aku hanya butuh nyawamu!” Belum lagi pria tua itu memohon untuk dilepaskan, sabetan samurai memisahkan kepala dari badannya. Ia pun tewas seketika. Darah membasahi lantai apartemen mewah itu.

Sosok hitam yang seluruh tubuhnya tertutup itu memalingkan wajahnya ke pojok dinding. Tempat sesosok wanita muda tak berpakaian berada. Ia diam gemetar sambil memeluk lututnya. Wajahnya pucat, ketakutan menyelimutinya setelah menyaksikan pembunuhan yang baru saja terjadi. Pria tua itu, yang baru saja melepas birahi dengannya, mati dengan kepala putus.

“Kumohon, lepaskan aku. Aku tak tahu apa-apa. Kumohon lepaskan aku!” wanita muda itu setengah berteriak, namun suaranya tercekat karena ketakutannya sendiri. Apalagi ia melihat sosok hitam itu berjalan mendekatinya sambil memegang pedang yang berlumuran darah.

Ia tak habis pikir. Bagaimana bisa sosok itu masuk dengan leluasa, sementara penjagaan apartemen itu terbilang cukup ketat. Dengan kartu akses yang tidak bisa dimiliki orang lain selain yang memiliki flat. Ditambah dengan CCTV yang tersebar di hampir setiap sudut lorong dan pintu masuk. Dan tiba-tiba saja, sosok itu telah berada dihadapan mereka yang sementara memacu birahi dengan liar dan buasnya. Menarik leher pria tua, menghajarnya dan melemparnya ke samping dinding.

Sambil berjalan, sosok itu mengayunkan pedang kehadapan wanita muda tanpa busana itu.

“Aku tidak akan membunuhmu. Tidak ada gunanya mengotori pedangku dengan membunuhmu. Karena kau sendiri sudah kotor. Pelacur, perempuan hina yang hanya bisa menjual tubuh. Orang-orang seperti kau telah merendahkan derajat dan martabat perempuan.”

Masih berdiri, sosok itu melanjutkan. “Tapi jangan anggap aku berbelas kasihan padamu. Aku sama sekali tak simpati padamu. Bahkan aku jijik. Aku hanya memperingatimu. Jika pada lain waktu aku melihatmu lagi, dengan laki-laki lain yang bukan muhrimmu. Aku tidak akan segan-segan menghabisi nyawamu. Bahkan aku akan menyiksamu sebelum membunuhmu,” ancamnya lagi.

Sedetik kemudian, wanita tanpa busana itu merasa kepalanya dipukul benda tumpul, dan sekejap kemudian, semuanya gelap. Ia pingsan saat sosok hitam itu memukul bagian belakang kepalanya dengan gagang samurai. Setelahnya, sosok itu mendekati mayat lelaki, dan dengan pedangnya, menggoreskan sesuatu di dadanya.

-------------------

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline