Melihat acara Mata Najwa semalam, khususnya diskusi antara bung Anies Baswedan (AB) dan bung Machfud MD (MMD), membuatku ingin menurunkan tulisan lagi. Ucapan AB agar kita tidak mengambil posisi diam atau mendiamkan, makin menyemangati keinginan itu.
Untuk memilih satu diantara dua pilihan yang ada mau tidak mau kita harus melihat rekam jejak masa lalu keduanya. Hal ini aku rasa sangat penting terutama makin banyak dan liarnya kampanye hitam maupun negatip yang dilakukan oleh kedua kubu. Makin lama makin mengabaikan etika dan sopan santun dan cenderung fitnah.
Keduanya jelas mempunyai rekam jejak. Prabowo Subianto lama malang melintang di dunia militer dan terakhir menjadi Panglima Kostrad, sebuah jabatan strategis yang biasanya jadi pijakan menuju jabatan lebih tinggi, minimal KASAD seperti pendahulu-pendahulunya.
Jokowi meniti karir dari bawah. Namanya mulai terkenal sejak diangkat Walikota Solo selama 2 periode, walaupun periode keduanya tidak sampai selesai. Untuk kedua posisi ini jelas tidak bisa dibandingkan, kecuali satu yaitu kepemimpinan. Mustahil orang bisa memimpin pasukan atau birokrasi kalau tidak mempunyai jiwa kepemimpinan.
Mari kita bandingkan rekam jejak yang telah dilakukan dan dimiliki kedua kandidat. Sedapat mungkin dari sisi yang sama sehingga bisa dilakukan komparasi.
1.Pertanian/perkebunan
Saat kampanye Pilpres 2009 sebagai cawapres Megawati aku masih ingat dalam acara debat di TV dia mengatakan telah melakukan riset potensi tanaman pinang untuk biofuel dan akan mengembangkan secara besar-besaran agar RI bisa mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil yang suatu saat pasti habis. Paparannya sangat jelas karena dilengkapi dengan data-data. Dan terus terang saat itu membuatku terpikat dan condong ke kubunya. Namun setelah berjalan 5 tahun sepertinya itu hanya retorika belaka. Kalau dia yakin dengan risetnya kenapa dia tidak melakukannya sendiri, minimal mencobanya. Bukankah dia punya lahan yang berhektar-hektar untuk ladang HTI yang bisa digunakan untuk melakukan uji coba. Haruskah menjadi presiden dulu untuk melakukan hal itu? Mudah-mudahan dia ingat apa yang dikatakan dulu, kalau terpilih nanti. Pun sebagai ketua HKTI tidak ada gebrakan yang berarti. Petani tidak makin sejahtera. Mungkin cuma fokus pada ‘kerukunan’ bukan ‘kesejahteraan’ petani.
Bagaimana dengan kubu sebelah. Selama jadi gubernur terlihat jelas bagaimana JKW sangat berpihak pada masyarakat kecil terutama petani. Dia sigap menjalin kerjasama dengan pemda tetangga untuk menyediakan produk hortikultura untuk keperluan masyarakat DKI. Dengan demikian selain kebutuhan terpenuhi masyarakat sekitar ikut menikmati kesejahteraan. Tidak cukup itu, konon dengan biaya pribadi, dia membangun rumah hijau untuk masyarakat perkotaan khususnya penghuni rusun agar bisa menanam sayur hidroponik. Masyarakat jadi mempunyai penghasilan dari bercocok tanam. Terakhir dia melakukan kerjasama dengan gubernur Sulsel untuk menyediakan beras untuk DKI, karena Sulsel diketahui mempunyai surplus beras yang tersimpan di gudang. Jadi sebenarnya JKW telah melakukan langkah yang tidak hanya bermanfaat bagi rakyat DKI. Ujung dari semua itu adalah kontinyuitas ketersediaan bahan pokok, yang pada gilirannya akan menekan inflasi sekaligus menekan impor yang tidak perlu. JKW telah melakukan sementara kubu lainnya masih wacana. Jadi apakah JKW lebih lemah dari PS ?
2.Bantuan asing
Kedua kubu tampaknya alergi pada bantuan asing. Namun kita bisa melihat dari beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh para kandidat. JKW di satu pihak dan Hatta dilain pihak. Seperti diketahui Hatta telah mendampingi SBY hampir 5 tahun sebagai Menko bidang perekonomian. Kenyataannya jumlah hutang LN makin menumpuk. Selama jadi Menko tidak ada sedikitpun upaya untuk mengurangi apalagi menghilangkan porsi bantuan asing.
Mungkin JKW belum bisa dibandingkan karena scope-nya berbeda. Tapi ada peristiwa kecil yang menarik saat dia melakukan renegosisasi bantuan Bank Dunia pada proyek JEDI (Jakarta Emergency Dredging Initiative) yang telah disetujui Gubernur sebelumnya. Karena perjanjiannya agak mengikat dan cenderung merugikan maka dia mengusulkan beberapa perubahan antara lain jangka waktu pengembalian dipersingkat dari 5 tahun ke 2 tahun saja. Tentu ini sangat menguntungkan karena pasti lebih kecil dibandingkan kalau menunggu 5 tahun. Eloknya, dia berani ‘mengancam’ Bank Dunia, kalau tidak mau mengikuti lebih baik dibatalkan. Dan mereka mau tuh. Jadi siapa yang lebih tegas dan berani ??
3.Nasionalisasi aset asing
Umum telah mengetahui PS mengatakan dan bertekad akan menasionalisasi aset asing bila kelak jadi presiden. Walaupun telah dibantah oleh timsesnya dan PS sendiri tapi fakta bahwa dia pernah menyatakan hal itu, tidak terbantahkan. Belakangan MMD meralatnya dengan mengatakan maksud PS adalah renegosisasi.
Bagaimana dengan pesaingnya? JKW telah melakukan renegosiasi dengan mencoba membeli kembali (buy back) saham swasta asing dan swasta nasional yang ada di Palyja dan Aetra. Kali ini belum berhasil. Kenapa? Berbeda dengan kasus JEDI, perjanjian PDAM dengan pihak swasta telah berjalan. Untuk mengubahnya perlu usaha ekstra agar PDAM bisa kembali ke tangan pemda. Yang aku dengar JKW tetap bersikeras untuk melakukan hal itu, bahkan uangnyapun sudah disediakan melalui APBD-P bila dia berhasil. Terlihat jelas keberpihakannya terhadap rakyat. Seingatku belum pernah pemimpin kita melakukan hal ini. Bandingkan dengan pemerintah sekarang dimana salah satu Menkonya sekarang jadi cawapres. Blok Mahakam yang jelas-jelas akan berakhir kontraknya dengan Total, pemerintah tidak jelas sikapnya mau ambil alih atau tidak. Padahal ini kesempatan emas untuk menambah pundi-pundi uang kita tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Melihat gelagatnya sih pemerintah akan memperpanjang kontrak karena tak seorangpun pejabat yang mengeluarkan statement tegas, termasuk Hatta. Hanya Mentri BUMN yang tegas minta agar blok Mahakam kembali ke tangan kita.
4.Bidang pertahanan dan keamanan
Bidang hankam mungkin PS lebih menguasai karena memang ini wilayah dan domain dia. Tapi kubu JKW punya JK yang sudah berpengalaman. Masih terbayang dengan jelas bagaimana JK menyelesaikan konflik Aceh dan Poso dengan cara damai. Aku saat itu termasuk tidak setuju kita mengambil langkah damai dengan GAM karena bagaimanapun juga mereka melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang sah. Aku sudah khawatir Aceh bakal lepas dari NKRI ketika perjanjian keamanan telah disepakati. Mereka bakal mengambil langkah-langkah diplomasi dengan lebih leluasa untuk memerdekakan diri. Tapi untunglah setelah sekian lama berlalu kekhawatiranku tidak beralasan dan perdamaian itu tetap langgeng. Terima kasih dan apresiasi utnuk rakyat Aceh. Dan peran JK saat itu sangat sentral. Aku ingat saat perdamaian ditandatangani nama JK lebih banyak disebut padahal ada SBY disebelahnya. Demikian juga kasus Poso yang lebih bernuansa konflik horisontal berhasil diselesaikan dengan baik. Saat ini Papua masih belum reda. Masih banyak terjadi letupan-letupan sporadis yang dilakukan kelompok bersenjata. Saat JKW pergi kesana terlihat antusiasme warga disana yang sangat mengharapkan ada pemimpin yang mengayomi dan berpihak pada rakyat Papua. Duet JKW-JK aku yakin bisa diterima dengan baik. Langkah JKW dalam menjinakkan pasar Tenabang yang berpuluh-puluh tahun dikuasai preman dan PKL, sangat fenomenal. DKI berkali-kali dipimpin Jendral tapi tak seorangpun bisa mengatasi kesemrawutan pasar legendaris itu. Dan JKW bisa menertibkannya dengan cara elegan dan praktis tanpa perlawanan. Jadi siapa bilang JKW lemah ??
5.Isu SARA
Aku sebenarnya tidak suka membahas hal ini. Isu SARA, terutama agama, seharusnya sudah selesai dan tidak dipakai dalam kampanye. Tapi tuduhan demi tuduhan yang ditimpakan kepada JKW sudah sangat keterlaluan. Pihak JKWpun akhirnya terpancing dengan memberikan respon yang menurutku naif dan malah menjadikan bola liar kemana-mana. Tuduhan non muslim, tidak bisa sholat dengan benar bahkan wudhunya salah, sebenarnya tidak perlu ditanggapi dengan emosional sampai nantang adu mengaji. Cukup dengan bukti dan tindakan. Yang aneh keluarga PS yang jelas-jelas banyak yang non muslim tidak pernah diotak atik. Tidaklah berlebihan kalau aku merasa hanya faktor kebencianlah yang melatarbelakangi ini semua.
6.Komunikasi
Sudah jelas kalau dibandingkan PS, kemampuan komunikasi JKW kalah jauh. Dia kurang bisa men-deliver gagasan-gagasan yang dipunyai dalam bentuk verbal. Dia hanya bisa membuktikannya dengan bekerja dan bekerja. Retorikanya kadang membosankan dengan mengulang ulang apa yang pernah diucapkannya. Tapi dia tetap pede dan sepertinya tidak peduli dengan itu. Dalam setiap acara resmipun jarang dia berlama-lama pidato. Dia tidak pernah berusaha untuk melakukan perbaikan cara penampilan. Bandingkan dengan SBY yang sudah santun dari sononya, belakangan diketahui memakai jasa konsultan dari Inggris (!) untuk mempercantik penampilan. Saat debat nanti pasti ini akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kubu lawan. Entah apakah aku cukup kuat melihat dia ‘dibantai’ oleh lawan debatnya.
7.Penampilan
Umum juga sudah mengetahui penampilan JKW sangat bersahaja dan bertolak belakang dengan pesaingnya. Tapi justru disinilah, menurutku, letak kekuatannya. Negeri ini sudah terlalu lama, sejak jaman orde baru, disuguhi tontonan yang sangat benderang tentang keserakahan, hedonisme, kemewahan, dan arogansi kekuasaan. Keteladanan dari para pemimpin tentang kejujuran, kesederhanaan, taat hukum sungguh merupakan barang langka di negeri ini. Dan, sampai sejauh ini, JKW berhasil menyuguhkan hal itu. Ini fakta yang tidak terbantahkan. Padahal kekayaan yang dia miliki sangat memungkinkan dia berpenampilan “wajar” seperti pejabat-pejabat lainnya. Celakanya, orang melihat dengan nyinyir dan hanya bisa berkomentar itu hanya pencitraan. Begitu menyedihkan negeri hedonis ini. Menurutku penampilan JKW bisa membangkitkan semangat kebersamaan rakyat negeri ini. Lihatlah contoh di Jakarta. Banyak pengusaha yang berbondong-bondong memberikan bantuan gratis untuk membantu pemda DKI. Berapa puluh truk sampah dan bus yang disumbangkan mereka untuk pemda DKI. Mereka mau melakukan itu karena mereka percaya bantuan tersebut tidak akan diselewengkan dan akan digunakan sebagaimana mestinya. Pernahkah kita melihat hal itu sebelumnya?? Seingatku tidak. Kubu JKW sudah membuka rekening untuk menampung sumbangan masyarakat yang ingin berpartisipasi mendukung mereka. Lagi-lagi, langkah ini dicerca oleh kubu lawan dengan menyebut mental pengemislah, belum-belum rakyat sudah diperdaya dan diperalatlah dan komentar-komentar miring lainnya. Hasil pengumpulan sumbangan tadi akan membuktikan apakah JKW benar dicintai rakyat atau tidak. Aku ingin melihat.
Pilpres tinggal menghitung hari. Aku yakin sebagian besar rakyat kita sudah mempunyai pilihannya masing-masing. Yang sedang digeber habis-habisan oleh timses kedua kubu adalah berusaha merayu para vote swinger yang belum jelas mau memihak ke kubu mana. Yang masih menimbang-nimbang kubu siapa yang memberikan keuntungan lebih. Pilihan ada di tangan anda. Apakah akan memilih berdasarkan rekam jejaknya, atau masih terpesona oleh penampilan artifisial dari para kandidat. Bagiku, seperti yang dikemukakan AB di akhir acara Najwa, paling tidak aku telah menyampaikan sesuatu dan akan memilih salah satu kandidat dengan beban yang tidak lebih berat dibandingkan dengan kalau memilih kandidat pesaingnya.
Selamat memilih. MERDEKA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H