Lihat ke Halaman Asli

Wina Ramadhani

Freelance Writer

Sizeism dan Apa Benar Menjadi Kurus Berarti Sehat?

Diperbarui: 16 September 2021   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi berat badan|Sumber: Yunmai/Unsplash.com

Berat badan adalah masalah yang tidak berkesudahan. Terlalu kurus bisa-bisa dianggap tidak bahagia. Terlalu gemuk juga dianggap sering malas-malasan. Selain itu, berat badan juga sudah jadi sesuatu yang haram dibicarakan. Katanya, perempuan sering marah jika ditanya berat badannya berapa.

Meski begitu, berat badan ini menjadi masalah yang "lebih berat" dihadapi oleh orang-orang yang dianggap gemuk. Belakangan, bahkan sepertinya menggunakan kata gemuk saja harus berhati-hati. Padahal, yang lebih buruk dari itu adalah fat shaming-nya. 

Fat Shaming dan Sizeism

Saya rasa Anda mungkin sudah awam dengan istilah fat shaming ini. Sederhananya, fat shaming adalah stigma atau prasangka buruk kita terhadap orang-orang dengan berat badan yang dianggap "berlebihan". 

Sebelas dua belas dengan fat shaming, sizeism sebenarnya adalah hal yang sama, yaitu diskriminasi kita terhadap seseorang dengan ukuran, bentuk tubuh, dan berat badan mereka. 

Jika Anda masih berpikir bahwa "gemuk" itu sama dengan malas bergerak, rakus, tidak punya kontrol diri, dan lain sebagainya. Mungkin Anda sudah fat shaming sejak dalam pikiran. Apalagi, kalau pikiran ini kemudian dituangkan dalam tindakan, misalnya cemoohan atau bahkan mempermalukan.

Ingat Nurul Akmal? Atlet angkat besi Indonesia yang pulang dari Olimpiade Tokyo, tapi malah disambut dengan ucapan "yang paling kurus". Meski berprestasi, Nurul Akmal tetap mengalami body shaming

Padahal, fat shaming ini tidak membantu sedikit pun dalam menangani kelebihan berat badan seseorang. Terus-terusan mengajak seseorang untuk makan sedikit, memperbanyak gerak, dan menurunkan berat badan justru bisa membuatnya stres atau bahkan depresi.

Surprisingly, kata Psychology Today, penelitian menunjukkan bahwa fat shaming ini justru terjadi di dunia medis. Mungkin, tujuannya adalah menghindari orang-orang dari lingkungan obesogenic* dan menyebabkan obesitas.

BMI dan Kesehatan Kita 

Sering kali kita terpaku pada alat ukur yang bernama BMI (Body Mass Index). Padahal alat ukur ini telah banyak dikritik karena tidak relevan untuk menggambarkan keadaan sehat atau tidaknya seseorang. 

Bagaimana tidak? BMI ini lahir dari seorang matematikawan Belgia pada hampir 200 tahun yang lalu. BMI ini digunakan untuk mengukur apakah Anda terlalu kurus, normal, atau kegemukan/obesitas. Namun, lagi-lagi BMI tidak bisa menghitung korelasi apa pun dengan lemak tubuh dan kesehatan seseorang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline