Lihat ke Halaman Asli

Wina Ramadhani

Freelance Writer

"Sheng Nu", Julukan dan Tekanan bagi Perempuan Lajang di China

Diperbarui: 31 Agustus 2021   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perempuan lajang di China|David Kristofer, unsplash.com

Menikah, agaknya bagi sebagian orang dianggap sebagai tahapan hidup. Tahap yang jika tidak dicapai, maka mungkin akan dianggap gagal. Sering kali menikah menjadi pembicaraan basa-basi di masyarakat. Di Indonesia, umumnya dijumpai di momen spesial atau hari besar.

"Calonnya mana?", "Kapan nikah", dan "Masih lajang aja, nih!" mungkin pernah didengar oleh sebagian perempuan muda. Atau bahkan, "Jangan pilih-pilih, loh. Nanti gak laku".

Basa-basi yang memang  sepertinya sangat basi. Ini biasanya menyinggung atau bahkan menyakiti hati sebagian kaum lajang.

Fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di China. Di sana, dikenal julukan sheng nu.

Apa Itu "Sheng Nu"

Sheng nu adalah julukan yang disematkan untuk perempuan-perempuan di China yang belum menikah. Kata sheng nu dalam bahasa Inggris berarti leftover women, atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, bisa menjadi "perempuaan sisaan".

Pemerintah China menggunakan kata sheng nu untuk merujuk pada perempuan umur 27 tahun yang belum menikah. Kata ini tidak hanya menghantui perempuan di umur 27, tetapi juga menghantui para perempuan lajang yang mendekati umur tersebut.

Sheng nu bersifat peyoratif (merendahkan), ia menggambarkan perempuan sebagai yang pemilih, egois, dan matre. Sedemikian intensifnya hingga kata sheng nu ini dimasukkan dalam daftar kosa kata resmi di China.

Kenapa Ada Julukan "Sheng Nu"? 

Maraknya pelabelan sheng nu pada perempuan lajang di China ini tentu saja berlatar belakang. Semua ini berawal dari aturan "punya anak satu" di China.

Pada tahun 1980, pemerintah China meresmikan kebijakan "punya satu anak" untuk menghentikan kelebihan populasi yang terjadi.

Namun, pada 2016, tampaknya China sudah mulai memberlakukan dan menyarankan agar setiap keluarga memiliki dua anak. Hal ini karena China justru telah mengalami pertambahan populasi manula dan diproyeksi akan mengalami penurunan angka tenaga kerja produktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline