Lihat ke Halaman Asli

Wina Ramadhani

Freelance Writer

Memaknai Rasanya Diabaikan dalam "Mirai no Mirai"

Diperbarui: 22 Mei 2021   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Animasi Mirai no Mirai. Sumber: IMDb.com

Kun adalah tokoh utama dalam animasi berdurasi satu setengah jam yang disutradarai oleh Mamoru Hosuda yang berjudul “Mirai”. Ia adalah seorang kakak laki-laki berumur empat tahun yang mulai belajar menerima kehadiran seorang adik perempuannya. 

Kun dikisahkan sebagai seorang anak laki-laki yang sebelum kedatangan adiknya, hanya tinggal bersama ibu, ayah, dan anjingnya.

Di satu hari, bersamaan dengan turunnya salju, ibu dan ayah Kun pulang setelah beberapa hari pergi. Mereka pulang bersama seorang bayi kecil, adik Kun yang baru saja lahir. 

Pada perjumpaannya yang pertama dengan adiknya itu, Kun merasa sangat takjub melihat sosok mungil tersebut. Kedua orang tua Kun menyampaikan pesan-pesan seperti “Kamu harus bisa melindunginya” dan “Bersikaplah dengan lembut padanya.”

Kehidupan yang berbeda dirasakan Kun sehari setelah kedatangan bayi kecil yang diberi nama Mirai. Ayahnya mulai mengurusi pekerjaan-pekerjaan rumah yang tidak mudah, sedangkan ibunya fokus pada Mirai. 

Kun menolak disodori makanan oleh ayahnya, ia berkali-kali memanggil sang ibu untuk mendapat perhatian. Di hari-hari pertama ini, Kun sudah melihat perubahan sikap dari ibunya. Ibunya kian fokus mengganti popok, menidurkan adiknya, dan memberi susu. Sementara, rasa rindunya pada kedua orang tuanya yang baru saja beberapa hari pergi itu pun belum terbalaskan.

Sumber: imdb.com

Karena kehadiran Mirai, fokus sang ayah pun ikut teralihkan. Ayah Kun mendapat tugas untuk fokus belajar dan mengurusi hal-hal domestik. Karenanya, Kun juga tidak bisa merasakan perhatian dari sang ayah. Ia kehilangan perhatian dari kedua orang tuanya.

Begitulah, hingga Kun merasakan dirinya diabaikan dan cemburu pada perhatian lebih yang diberikan oleh ibu dan ayahnya pada Mirai, sedangkan dirinya diabaikan. Ia mulai mengacak-acak mainannya, dan menjadi rewel, hingga “mengganggu” Mirai dan membuat adik perempuannya itu menangis.

Kun tidak pernah bisa mengatakan bahwa ia cemburu atau ia merasa diabaikan oleh orang-orang sekitarnya yang semakin fokus pada Mirai. Ia hanya bisa melakukan hal-hal yang dianggap sebagai “kenakalan” oleh orang-orang dewasa untuk mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang yang dahulu tertuju hanya untuknya.

Melalui film animasi Jepang berjudul “Mirai” ini, penonton disuguhkan perasaan dan sudut pandang seorang anak yang belajar menjadi “kakak”. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline