Lihat ke Halaman Asli

Pak.. Mah.. Cepat Pulang

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

diceritakan ada seorang kakek yang suka sekali dengan cucunya, sebut saja doni. doni adalah cucu sang kakek satu-satunya, ia telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya pada saat umurnya masih kecil, kira-kira 7 bulan. orang tua doni tertabrak kendaraan ketika sepulang dari pasar untuk belanja kebutuhan doni dan sang kakek.

sudah enam tahun doni ditinggalkan orang tuanya, hanya sang kakek lah yang menjadi teman hidupnya. bahkan sang kakek ia anggap sebagai orang tuanya sendiri. doni tak tahu jika ia tidak memiliki kakek, mungkin ia sudah berada di jalanan, karena doni tak memiliki keluarga lagi. sang kakek lah yang setiap waktu menjadi pijakan dan tempat curhat doni.

kadang ia juga sering menanyakan kepada sang kakek, tentang orang tuanya. "kek, bapak dan mamah doni kok belum pulang-pulang..?" padahal orang tua herman kalau lebaran sering pulang.. tapi bapak dan mamah kok gak pernah pulang... tegas doni kepada sang kakek sambil berlinang air mata.

sang kakek tak tega dan belum siap memberitahu doni tetang cerita sebenarnya. sang kakek hanya mengatakan "bapak dan mamah mu lagi kerja di jauh sana... jadi gak cukup ongkosnya untuk pulang.." padahal sang kakek tak tega dan sambil menahan air matanya. dalam hati sang kakek berkata "maafkan kakek doni.. sudah membohongi kamu.. tetapi kakek belum siap dan tega memberi tahu yang sebenarnya.. maafkan kakek."

doni kadang sering iri dengan teman-temannya yang setiap tahunnya bisa bertemu dengan orang tuanya, sedangkan ia hanya mendpatkan jwaban yang sama dari sang kakeknya. pak.. mah.. cepat pulang.. doni kangen dan ingin seperti teman-teman doni... dimana mamah sekarang?? dimana bapak sekarang..?? cepat pulang ya.. doni kangen. sang kakek yang mendengar celotehan sang cucu hanya bisa menangis tersedu-sedu... dan merasa amat bersalah kepada cucu kesayangannya tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline