Awalnya Anies Baswedan merupakan satu-satunya bakal calon gubernur di Pilkada Jakarta yang sudah dipastikan mendapat "tiket" karena mendapat dukungan dari tiga partai politik. Ketiga partai politik dimaksud adalah PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PKS (partai Keadilan Sejahtera), dan Partai Nasdem (Nasional Demokrat).
Itu sekira dua bulan yang lalu. Tapi kini ceritanya berubah. Ketiga partai politik yang semula sudah menyatakan akan mengusung Anies Baswedan ternyata ada indikasi kuat berubah haluan.
Partai Nasdem melalui ketua umumnya Surya Paloh sudah terang-terangan batal, tidak akan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Hal itu disampaikan Surya Paloh beberapa saat usai bertemu Presiden terpilih Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (15/08).
Paloh menyebut bahwa saat ini bagi Anies bukan momen yang tepat untuk maju di Pilkada Jakarta.
Partai Nasem secara eksplisit menyatakan akan bergabung dan berada di dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Konsekuensinya Partai Nasdem tentu akan bergabung dengan KIM (Koalisi Indonesia Maju).
Kemudian PKB dan PKS. Kedua partai politik ini juga sepertinya akan segera menyusul Partai Nasdem. Namun belum ada pernyataan ekslplisit dari kedua partai itu sebagaimana disampaikan oleh Partai Nasdem. Mungkin hanya masalah waktu saja.
Jika dinamika politik tidak berubah lagi, maka fixed Anies Baswedan dipastikan tidak akan bisa maju di Pilkada Jakarta. Sebab tidak ada partai politik yang mengusungnya.
Sementara jika Anies Baswedan masuk melalui jalur independen saat ini sudah tidak bisa. Masanya sudah lewat.
Seandainya PKB dan PKS pun benar-benar bergabung dengan KIM seperti halnya Partai Nasdem, praktis partai politik tersisa yang tidak bergabung dengan KIM hanya PDIP (partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
PDIP menjadi satu-satunya partai politik yang tidak punya mitra koalisi. Istilahnya PDIP ditinggal sendirian.