Lihat ke Halaman Asli

Wiwin Zein

TERVERIFIKASI

Wisdom Lover

Kisah Sedih Anak yang Hidup Tanpa Privilese

Diperbarui: 16 Maret 2023   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi siswi SMP penjual kue (Sumber: tribunnews.com)

Sebut saja namanya Sipa. Seorang gadis kecil siswi kelas 7 di salah satu SLTP di sebuah kota di Jawa Barat. Tiap hari ia membawa dan menjual satu box makanan kepada teman-teman sekelasnya dan teman-teman lainnya satu sekolah.

Makanan yang ia jual ada dua jenis: manis dan asin. Makanan yang manis berupa donat ukuran kecil. Sedangkan makanan yang asin berupa risoles, juga berukuran kecil. Sipa "membanderol" makanannya itu Rp. 1.000 per buah.  

Apakah Sipa suka dengan apa yang dilakukannya tiap hari itu? Saya yakin sebelum melakukan hal itu Sipa harus berjuang keras untuk mengenyahkan rasa malu atau rasa minder yang ada dalam dirinya.

Sipa pasti ingin seperti anak-anak lain, teman sekelas atau teman sekolahnya yang pergi ke sekolah murni untuk mencari ilmu, tidak sambil jualan. Sipa pasti cukup berat melakukan hal itu.

Lantas mengapa Sipa mau berjualan sambil sekolah? Kalau tidak ada hal yang memaksa tentu ia tidak akan mau melakukannya. Sipa dan keluarganya pasti butuh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.   

Apakah mungkin Sipa berjualan makanan di sekolah itu karena orang tuanya ingin menumbuhkan dan melatih jiwa wirausaha Sipa? Ya, mungkin saja. Tapi kemungkinan itu sangat kecil.

Orang tua Sipa pasti ingin membahagiakan anaknya. Orang tua Sipa juga pasti tidak ingin anaknya menanggung beban hidup yang cukup berat dengan berjualan makanan di sekolah.

Padahal apa yang Sipa lakukan bukan tanpa risiko. Mungkin tidak semua teman satu sekolahnya itu memperlakukan dengan baik. Mungkin juga ada diantara temannya yang malah mem-bully, menghina, mencmooh, atau memperlakukan dengan tidak baik.

Apalagi anak-anak yang memiliki privilese. Baik anak orang kaya, anak pejabat, anak orang terhormat, dan sebagainya. Anak-anak yang memiliki privilese biasanya cenderung arogan, angkuh, kasar, suka mem-bully, dan sebagainya.

Sipa adalah sebuah potret buram dari kehidupan sebagian anak yang kurang beruntung dan tanpa privilese. Di luar sana masih ada puluhan, ratusan, ribuan, atau mungkin puluhan ribu Sipa lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline