Gempa bumi dengan magnitudo 5,6 yang melanda beberapa wilayah (barat daya) kabupaten Cianjur tanggal 21 November 2022 lalu telah mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Selain itu korban jiwa pun tercatat cukup banyak.
Menurut data terakhir (07/12) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) korban jiwa akibat gempa Cianjur ada 334 orang. Bahkan menurut Bupati Cianjur jumlahnya lebih banyak lagi, mencapai 600 orang. Hal itu dikarenakan banyak korban yang tidak dilaporkan, langsung dimakamkan.
Terlepas dari berapa jumlah korban jiwa gempa Cianjur yang sesungguhnya, gempa Cianjur dipastikan telah menyisakan trauma bagi para korban yang masih hidup.
Trauma, sebagaimana menurut American Psychological Association adalah sebuah respon emosional korban terhadap peristiwa yang mengerikan.
Bentuk respon emosional korban itu bisa berupa perasaan tegang, sangat terkejut, gejala fisik, atau gejala aneh lainnya. Hal itu kemudian bisa menyebabkan sebuah gangguan mental yang disebut PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
Dengan demikian selain memberikan bantuan materi berupa sembako, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya, banyak pihak yang juga kemudian memberikan bantuan dalam bentuk non-materi.
Bantuan tersebut berupa pendampingan psikologis untuk menghilangkan rasa trauma, memulihkan kepercayaan diri, atau menumbuhkan semangat hidup baru. Itulah yang dikenal sebagai trauma healing.
Pihak yang memberikan bantuan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur bermacam-macam. Ada lembaga pemerintah, ada lembaga swasta, dan ada pula ormas (organisasi massa/masyarakat). Baik ormas sosial, ormas keagamaan, ormas kepemudaan, dan lain-lain. Baik yang berasal dari Cianjur sendiri atau berasal dari luar Cianjur.
Namun ada pula pihak yang memberikan bantuan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur yang bersifat pribadi atau independen. Artinya mereka tidak terafiliasi kepada satu lembaga atau oragnisasi tertentu.