Lihat ke Halaman Asli

Wiwin Zein

TERVERIFIKASI

Wisdom Lover

Peringatan Isra Miraj, Momentum untuk Memahami Kembali Makna Ibadah Shalat

Diperbarui: 26 Februari 2022   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : freepik

Isra Miraj merupakan salah satu hari besar umat Islam. Isra Miraj biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia setiap tanggal 27 Rajab tahun hijriyah setiap tahunnya.

Isra Miraj adalah sebuah peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab dari peristiwa itu ada sebuah perintah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yang sudah baligh (dewasa) sebagai sebuah kewajiban, yaitu perintah shalat wajib lima waktu (Shubuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya).

Isra Miraj adalah sebuah peristiwa luar biasa. Disebut demikian karena peristiwa itu terjadi hanya dalam satu malam. Sementara jarak yang ditempuh sangatlah jauh.

Isra Miraj merupakan perjalanan sakral Nabi Muhammad SAW bersama malaikat dari Masjidil Haram yang ada di Mekkah ke Masjidil Aqsha yang ada di Palestina. Setelah itu Nabi SAW diangkat naik ke Sidratul Muntaha (tempat tertinggi/terjauh) yang ada di langit ke-7.

Peristiwa Isra Miraj mungkin terdengar seperti dongeng. Namun peristiwa tersebut benar-benar terjadi, benar-benar faktual. Hanya orang-orang yang beriman saja yang akan mempercayainya.

Peristiwa Isra Miraj juga sepintas seperti bertentangan dengan logika. Tapi tidak kalau menggunakan "logika" Tuhan. Sebab bagi Tuhan tak ada sesuatu pun yang tidak mungkin, tak ada sesuatu pun yang mustahil. Kata "tidak mungkin" atau "mustahil" hanya term untuk manusia.

Dalam salah satu ayat Al-Qur'an (QS. Al-Isra ayat 1) disebutkan, "Maha Suci Tuhan (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya dari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi di sekelilinya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami..."

Dalam ayat di atas jelas ada kata "memperjalankan". Artinya Nabi SAW itu tidak "berjalan" tapi ada yang "memperjalankan", yaitu Tuhan sendiri. Kalau sudah begitu selesai.

Ibaratnya seperti seekor semut yang terbawa oleh seseorang yang hendak ke sebuah swalayan dengan mengendarai motor misalnya. Semut itu nempel di jaket bagian belakang dan tidak terlihat oleh orang yang mengenakannya.

Beberapa saat kemudian si orang tadi balik lagi ke rumah. Si semut pun berkumpul dan bergabung lagi dengan teman-temannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline