Jutaan orang berpakaian putih dengan gegap gempita menyambut kepulangan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) HRS (Habib Rizieq Shihab) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, selasa (10/11). Banyaknya penjemput menggambarkan secara non-verbal siapa HRS sesungguhnya.
Tentu tidak semua orang bersimpati dan mengelu-elukan kedatangan kembali HRS. Ada juga pihak-pihak yang merasa kurang senang. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada pihak yang merasa terganggu dengan kedatangan kembali HRS itu.
Nikita Mirzani sepertinya termasuk salah satu pihak yang merasa kurang senang dengan kedatangan kembali HRS. Dalam Instagram Storiesnya Nikita Mirzani mengatakan bahwa gara-gara HRS pulang penjemputannya gila-gilaan.
Selain itu ada kata yang diucapkan Nikita Mirzani yang cukup menyinggung para pendukung HRS. Nikita Mirzani menyebut bahwa nama Habib itu adalah tukang obat. Nikita Mirzani juga merasa tidak takut oleh para pendukung HRS.
Mengapa Nikita Mirzani, "tiada angin tiada hujan" membuka front perseteruan dengan para pendukung pemimpin Front Pembela Islam? Adakah para pendukung pemimpin Front Pembela Islam itu pernah berbuat salah terhadap Nikita Mirzani?
Kalau melihat karakter Nikita Mirzani yang selama ini suka membuat sensasi dan kontroversi, apa yang dilakukannya terhadap pemimpin Front Pembela Islam bukanlah hal yang aneh. Sebab Nikita Mirzani juga suka "menyerang" pihak lain, baik ada sebab atau tidak. Artinya Nikita Mirzani tidak memerlukan sebuah alasan untuk melakukan "perseteruan" dengan pihak lain, termasuk dengan pemimpin Front Pembela Islam dan para pendukungnya.
Apa yang dilakukan oleh Nikita Mirzani jelas kemudian mengundang reaksi kemarahan para pendukung HRS. Bahkan Ustadz Maaher Ath-Thuwailibi "mengancam" akan mengerahkan 800 orang untuk mengepung rumah Nikita Mirzani. Ternyata hal itu hanya gertak sambal saja.
Apakah reaksi kemarahan para pendukung HRS terhadap Nikita Mirzani sebuah sikap yang berlebihan ? Tentu saja berlebihan atau tidak tergantung persepsi, dari sudut pandang mana menilai hal itu.
Kita tak perlu "menghakimi" apa yang dilakukan Nikita Mirzani. Kita cukup mengukur bagaimana sikap dan reaksi kita seandainya orang yang kita segani dan kita hormati dikatakan oleh seseorang dengan sebutan bernada pejoratif ? Apakah kita akan marah atau biasa saja ?
Sampai di sini seharusnya kita paham dengan reaksi kemarahan para pendukung HRS. Apalagi bagi para pendukungnya, HRS lebih dari sekedar orang yang disegani dan dihormati.
Bagi para pendukungnya, HRS merupakan sosok luar biasa, sosok pemimpin besar, dan sosok orang yang berilmu. Selain itu HRS juga dimata para pendukungnya memiliki garis ketturunan dari Nabi SAW.