Pendidikan merupakan pintu gerbang bagi guru dalam menghantarkan anak - anak menggapai cita - citanya. Peran guru adalah untuk membimbing dan menggerakkan roda pembelajaran. Di tengah banyaknya tuntutan kurikulum dan perkembangan teknologi, kemampuan seorang guru dalam melakukan pembimbingan dan pengarahan menjadi semakin relevan. Menguasai dan memahami praktik coaching terutama dalam hal pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial emosional baik bagi rekan kerja maupun anak - anak merupakan keniscayaan.
Pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu ciri dari kurikulum merdeka. Guru perlu memetakan anak berdasarkan kemampuan awalnya terlebih dahulu seperti gaya belajar, kemampuan, minat, dll sebelum memulai pembelajaran. Diadakan tes diagnostik awal untuk mengetahui pemahaman awal mereka mengenai satu materi yang akan dipelajari. Hal ini akan memudahkan guru dalam membuat penilaian dan menyesuaikan materi atau bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa. Ketika mengalami kendala baik dalam hal pemetaan maupun proses, guru dapat menerapkan praktik coaching dengan melibatkan siswa. Memandang suatu masalah dari sudut pandang mereka dan menuntun mereka untuk mendapatkan solusinya melalui pemikiran dan ide - ide yang mereka upayakan sendiri. Coaching merupakan satu bentuk dukungan positif dan perhatian terhadap keberagaman siswa. Coaching diharapkan dapat menjadi sarana mendekatkan interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara guru dan rekan sejawat.
Coaching sendiri adalah interaksi kemitraan yang lebih mengedepankan dorongan kepada coachee ( penerima manfaat kegiatan coaching) agar mereka mampu mengembangkan ketrampilannya dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, serta berkolaborasi. Coaching berfokus pada penyelesaian masalah. Peran guru sebagai coach dalam dunia akademik lebih pada memfasilitasi peningkatan kemampuan diri pribadi coachee untuk belajar dan bukan untuk mengajari. Dalam pembelajaran berdiferensiasi coaching menjadi umpan balik bagi perkembangan siswa. Melalui coaching diharapkan siswa dapat lebih terbuka untuk menyampaikan buah pemikirannya terhadap guru sehingga sebagai coach, guru dapat mengarahkannya kepada pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
Selain coaching dalam pembelajaran berdiferensiasi, coaching dalam pembelajaran sosial emosional pun mutlak diperlukan. Pembelajaran Sosial Emosional ( PSE ) dapat disebutkan sebagai salah satu ruh dunia pendidikan. Guru mendidik anak - anak dengan tata krama, sopan santun, memberikan contoh keteladanan, menyelesaikan permasalahan menggunakan kepala dingin, serta melakukan pengelolaan emosi dan perasaan dengan harapan siswa dapat meniru dan mampu membedakan hal yang berdampak baik maupun buruk. Kurikulum merdeka diharapkan dapat menciptakan anak - anak berkarakter dan memiliki profil pelajar pancasila. Selain bimbingan secara akademik, coaching diharapkan mampu menjadi bagian dari pembangunan karakter. Melalui coaching guru menggiring anak untuk memiliki kemampuan dalam mengelola emosi, membangun hubungan positif, serta mengembangkan ketrampilan mereka dalam berelasi. Menuntun mereka untuk menggunakan nalar kritisnya dalam menemukan solusi permasalahan.
Peranan guru berikutnya adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui coaching, dapat dibentuk budaya belajar yang menyeluruh dan kolaboratif. Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu mendorong munculnya ide - ide baru serta inovasi dalam dunia pembelajaran baik terhadap siswa, rekan guru, maupun staf sekolah. Melalui alur coaching TIRTA (Tujuan-Identifikasi-Rencana aksi - Tanggungjawab ) coachee diarahkan untuk fokus terhadap penyelesaian masalah serta rencana aksi yang harus dilakukan. Coachee dituntut untuk melaksanakan ide - ide solutifnya sebagai bentuk aksi nyata dan tanggung jawab. Guru berperan sebagai coach harus mampu menampilkan peranannya yaitu fokus berkonsentrasi untuk hadir secara penuh, mendengarkan secara aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot terhadap siswa maupun rekan yang ingin mendapatkan solusi. Pertanyaan - pertanyaan ini akan menjadi kunci - kunci dalam mengidentifikasi permasalahan. Pengadaan coaching ini bertujuan untuk membentuk budaya sekolah yang unggul dan berkualitas.
Coaching sangat bermanfaat baik untuk menjembatani pembelajaran berdiferensiasi maupun pembelajaran sosial emosional. Melalui coaching, pelaksanaan pembelajaran tidak hanya berfokus pada ketrampilan akademik namun juga kemampuan mengelola dan mengendalikan emosi secara inklusif demi terbangunnya generasi intelektual yang memiliki keseimbangan emosional dan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H