Lihat ke Halaman Asli

Wiwik TriErnawati

Pemerhati masalah sosial

Era Kesepian Digital, Mengatasi Keterasingan Dunia Yang Terhubung

Diperbarui: 17 September 2024   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: gubukliterasi.com/

Di era digital saat ini, smartphone telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Smartphone telah berubah dari sekadar alat komunikasi menjadi perangkat multifungsi yang hampir selalu kita bawa ke mana pun kita pergi. Fungsinya pun terus berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan manusia Alat kecil ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai teman setia yang menemani di kala sepi.

Saat manusia semakin terhubung secara virtual, peran smartphone menjadi semakin penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk saat kita merasa kesepian. Salah satu peran yang paling menonjol adalah sebagai "teman" di kala kita merasa sepi atau terasing. Kesepian, yang dulunya diatasi dengan mencari interaksi langsung dengan orang lain, kini sebagian besar bisa diredakan melalui kehadiran smartphone. Namun, makna dan dampaknya jauh lebih kompleks dari yang terlihat.

Di era modern ini, teknologi digital telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan bahkan menjalani kehidupan sehari-hari. Media sosial, aplikasi perpesanan, dan berbagai platform digital telah menciptakan dunia yang sangat terhubung, di mana informasi dapat disampaikan secepat kedipan mata. Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan ini, muncul pertanyaan yang semakin sering diperdebatkan: Apakah kita semakin dekat dengan "kesepian digital"?

1. Paradoks Keterhubungan di Era Digital

Kemajuan teknologi membawa kita pada tingkat keterhubungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan hanya beberapa ketukan di layar ponsel, kita bisa berbicara dengan seseorang yang berada ribuan kilometer jauhnya, mengikuti aktivitas teman, atau bergabung dengan komunitas online. Namun, di balik kenyamanan ini, ada fenomena yang disebut "kesepian digital" atau "kesepian di dunia yang terhubung."

Keterhubungan melalui teknologi digital sering kali menciptakan ilusi kedekatan dan interaksi sosial yang sebenarnya dangkal. Percakapan di media sosial, meskipun terlihat seperti interaksi sosial yang aktif, sering kali tidak mampu menggantikan keintiman percakapan langsung atau pertemuan fisik. Alih-alih mempererat hubungan, keterhubungan yang superfisial ini justru bisa meningkatkan rasa terasing dan kesepian.

2. Media Sosial dan Ilusi Kebersamaan

Media sosial adalah salah satu penyebab utama munculnya kesepian digital. Meski tujuan awal dari media sosial adalah untuk menyatukan orang-orang dan memperluas jaringan sosial, kenyataannya sering kali justru membuat pengguna merasa semakin terisolasi. Fenomena ini dikenal sebagai "paradoks media sosial." Sering kali, saat kita melihat foto-foto indah, kehidupan yang tampak sempurna, atau pencapaian teman di media sosial, kita tidak hanya merasa ketinggalan, tetapi juga merasa lebih kesepian.

Penggunaan media sosial yang berlebihan juga bisa memicu fenomena FOMO (Fear of Missing Out), yaitu kecemasan karena merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kehidupan orang lain. Sebagai hasilnya, kita semakin sering membuka media sosial untuk tetap "terhubung," tetapi pada saat yang sama, perasaan tidak puas dan kesepian semakin dalam.

3. Ketergantungan pada Interaksi Virtual

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline