Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Kita adalah Mengubah Prespektif Para Intoleran

Diperbarui: 30 Mei 2024   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BBC indoensia

Meski dikenal sebagai negara yang mampu mengelola banyak perbedaan, namun negara kita bukan bebas dari berbagai tantangan soal perbedaan itu. Jika negara lain tidak mampu mengelola negara karena satu atau tiga perbedaan, namun Indonesia dikenal sebagai negara yang bisa mengelola dengan banyak, banyak perbedaan. Mulai dari perbedaan etnis, perbedaan bahasa (banyaknya rumpun bahasa lokal), perbedaan keyakinan atau kepercayaan, sampai perbedaan warna kulit.

Saya katakan kita belum bebas dari tantangan, karena beberapa tahun belakangan, pada banyak riset menemukan bahwa pemuda Indonesia punya kecenderungan intoleran. Bahkan beberapa diantaranya cenderung radikal.

Setidaknya dalam 14 tahun ini ada belasan riset yang menyimpulkan hal itu Riset -riset ini membahas keberagaman anak-anak muda dan bagaimana mereka menanggapi keberagaman itu dengan prespektif yang berbeda dengan para pemuda pada era-era sebelumnya.

Lembaha kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP) dan Maarif Institute menemukan bahwa remaja atau anak muda punya pemahaman agama karena setidaknya 50 persen para remaja yang menuntut ilmu di SMA di Jakarta Raya mendukung penggunaan cara-cara radikal untuk menangani konflik agama.

Mereka juga menemukan bahwa 20 sampai 30 tahun sebelumnya, ideologi transnasional telah menyusup ke lembaga dan institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Malah, banyak bukti bahwa Perguruan Tinggi telah menjadi lahan empuk bagi kaum radikal untuk menyaring pemuda untuk menjadi simpatisan ideologi transnasional. Mereka masuk dan menyusup melalui kegiatan ekstra kurikuler keagamaan dan kemudian mempengarugi cara berfikir dan prespektif anak muda dan remaja dalam hal agama. Mereka melakukan itu secara diam-diam, karena era itu masih dalam genggaman orde baru dimana  tindakan represi sangat dominan.

Lalu, Lembaga yang sangat kredibel untuk melakukan penelitian yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoensia (LIPI) juga menemukan hasil yang sama dengan dua lembaga terdahulu. Mereka menemukan bahwa anak-anak muda dalam hal ini para kaum terdidik muda ditemukan semakin intoleran. Menurut lembaga ini ideologi transnasional tidak saja sudah masuk ke lembaga-lembaga pendidikan tapi sudah mampu mengambil kontrol melalui institusi pendidikan dan sekolah.

Makin lama-makin banyak lembaga lain yang menemukan hal yang sama, bahkan pada sekolah menengah dan dasar . Hampir separuh dari seluruh responden mereka mendukung intoleransi dan beberapa persen mendukung tindakan radikal keagamaan.

Angka-angka ini memang sangat mengkhawatirkan. Sekarang dengan berbagai sumber untuk mendapatkan informasi, sehingga ideologi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber di lembaga pendidikan itu . Tantangan kita adalah bagaimana mendekatkan kaum itu dengan memberikan atmosfer moderasi bagi kehidupan agama di Indonesia. Karena hanya dengan mengubah minset atau prespekti dari garis keras ke moderatlah kita bisa melihat makna keberagaman Indoensia, yang pernah kita miliki puluhan tahun lalu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline