Lihat ke Halaman Asli

Membentengi Negeri dari Propaganda Teroris

Diperbarui: 27 Maret 2016   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="news.okezone.com"][/caption]Setelah peristiwa bom Thamrin, saat ini Indonesia memang tidak ada aksi teroris. Namun benih terorisme itu masih terus ada. Berbagai propaganda dengan berbagai cara, terus dilakukan oleh kelompok radikal keagamaan. Berbagai penelitian, juga menyatakan bahwa propaganda ISIS terus berjalan. Di Indonesia sendiri, beberapa kelompok pengajian juga terus menyebarkan kebencian, menawarkan kedamaian jika bergabung dengan ISIS, dan segala macamnya. Alhasil, sebagian masyarakat pun terpengaruh oleh bujuk rayu simpatisan ISIS.

Hampir setiap hari ISIS terus melakukan propaganda, yang disebar ke seluruh dunia. Berdasarkan data dari Viennese Observatory for Applied Research in Tremism (Vortex), setidaknya ada dua video propaganda yang disebar. Tidak hanya itu, masih berdasarkan Vortex, ISIS juga memainkan propaganda di twitter yang jumlahnya mencapai 3,4 juta ocehan dan 3,3 juta akun. Selain twitter, facebook dan youtube juga menjadi media paling efektif, untuk penyebaran propaganda mereka. Bahkan, untuk situs yang sengaja mereka bikin, jumlahnya mencapai 1,8 juta situs.

Internet, tidak hanya digunakan untuk menyebarkan propaganda, internet juga digunakan sebagai ajang melakukan perekrutan. Mencegah penyebaran propaganda ISIS di dunia maya, memang tidak mudah. Hampir semua pelaku terorisme, pandai dan tak asing dengan lihai dengan internet. Bahrun Naim misalnya, yang disebut terlibat dalam pengeboman di Thamrin, adalah seorang blogger. Berkali-kali akunnya diblokir, berkali-kali pula dia muncul dengan akun yang baru.

Penyebaran propaganda ISIS, nampaknya tak hanya dilakukan melalui dunia maya. Dalam dunia nyata pun, dapat dengan mudah kita temukan di sekitar kita. Berbagai macam forum pengajian, forum pendidikan, bahkan di lingkungan pesantren pun, paham kekerasan seringkali disusupkan. Faktanya, paham kekerasan atas nama agama telah ada di negeri ini. Masifnya propaganda mereka, seakan menjadi tak terbendung. Padahal, kalau dipikir jumlah mereka hanyalah minoritas. Tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia, dan tidak sebanding dengan jumlah penduduk bumi jika kita berbicara dalam skala internasional.

Ayo kita terus melakukan perlawanan terhadap propaganda ini. Mari kita lawan propaganda negative dengan propaganda positif. Mari terus kita berbuat baik dan menyebarkan pesan damai, kepada siapa saja. Dan mari kita lawanan ujaran kebencian dengan sikap positif thinking, agar ujaran kebencian itu tidak masuk ke dalam pikiran. Saatnya, kita penuhi dunia maya dengan tulisan yang menginspirasi, bukan tulisan yang penuh caci. Secara teori, perlawanan ini mungkin mudah. Tapi dalam tataran praktek, perlu keseriusan dan kerjasama semua pihak. Agar perlawanan ini bisa kita rasakan bersama.

Pencegahan dan perlawanan, seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas keamanan, tapi juga semua pihak. Media massa juga jangan hanya memberitakan isu terorisme ketika terjadi ledakan, namun juga turut serta menyebarkan pesan damai, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi. Guru, dosen dan semuanya yang aktif dalam dunia akademis, ajarkanlah toleransi diantara para siswa dan jangan ajarkan kekerasan yang tidak sesuai dengan kultur negeri ini. Ajarkanlah nilai-nilai Pancasila, agar mereka bisa memililah mana yang baik dan mana yang buruk. Dan yang tak lupa adalah, jadikan kitab suci kita masing-masing sebagai acuan, untuk menjadi benteng dari pengaruh sesat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline