Hayo siapa yang belum pernah mendengar nasehat yang bunyinya,"Jadi perempuan itu harus pandai masak, karena salah satu yang harus kamu jaga adalah perut suami. Jika tidak nanti dia akan berpaling."
Hampir semua wanita yang mulai beranjak dewasa mendapatkan nasehat ini. Tetapi apa benar, jika wanita mutlak harus bisa memasak?
Jujur saja, saat awal menikah, saya juga tidak pandai memasak. Ya, kalau pun memasak hanya tumis tempe, tumis tahu sama kacang panjang, dengan bawang dan cabe yang cukup dipotong. Tentu saja masakan seperti ini, siapapun bisa memasaknya. Tetapi hanya sedikit orang yang menyukai menu seperti ini.
Di awal pernikahan, kami terkadang merributkan masalah hasil olahan makanan. Maksud hati, saya ingin menyenangkan suami dengan memasak makanan kesukaannya, eh kok ternyata hasilnya jauh dari ekspetasi.
Jadinya, saya kecewa, dan suami yang memberi nasehat harusnya ini dimasaknya begini, harusnya itu dimasaknya begitu. Bikin tambah bete saja waktu itu.
Kebetulan juga ibu mertua sangat jago masak. Jadi saya semakin minder saja kalau pulang ke rumah ibu mertua dan membantu beliau masak di dapur.
Saat saya menikah di tahun 2004, majalah dan koran masih sangat populer. Saya berusaha mengumpulkan berbagai macam resep dari sana, lalu mengguntingnya dan menjadikannya kliping.
Dari kliping masakan tersebut saya mencoba beberapa resep, tetapi ternyata hasilnya juga masih nihil. Hal itu benar-benar membuat saya malas untuk mencoba resep yang tertulis di sana.
Saat itu internet belum semudah saat ini. Tidak ada yang namanya bingung memasak menu A, lalu searching di google dan menemukan berbagai macam website bahkan video di youtube yang menayangkan cara memasak menu A dengan detail.