Mendengar kata MotoGP ingatan saya akan langsung berlari kepada Valentine Rossi, pembalap MotoGP idola saya.
Saya lalu membayangkan bisa melihat aksi beliau menikmati kelokan-kelokan tajam Sirkuit Mandalika jika suatu hari nanti MotoGP diadakan di sana. Dari setiap penampilan Valentino Rossi di ajang MotoGP saya selalu suka menyaksikan dia menyalip di tikungan. Hal yang membuat saya deg-degan sekaligus terkagum-kagum ketika beliau bisa melakukannya.
Namun saya harus sedikit menelan kecewa mendengar berita jika dia pensiun pada akhir musim MotoGP 2021 ini. Tentu impian saya melihat beliau berlaga di Sirkuit Mandalika tidak akan menjadi kenyataan.
Meskipun beliau tidak bisa menikmati laga di Sirkuit Mandalika, tetapi Valentino bisa menikmati keindahan alam yang dimiliki Lombok jika ikut menyaksikan MotoGP pada 2022 nanti. Merehatkan sejenak di masa pensiunnya dengan menjelajahi Lombok yang keindahan alamnya sudah sangat mahsyur.
Mungkin bukan hanya Valentino Rossi yang ingin menikmati keindahan alam. Kita juga mungkin menantikan kesempatan yang sama. Selain menonton event MotoGP yang selama ini sangat dinanti-nantikan acaranya dan hanya bisa menontonnya lewat layar kaca. Setelahnya akan sangat rugi jika tidak menyempatkan diri mengunjungi pesona wisata yang ditawarkan Lombok, terutama di kawasan sekitar Sirkuit Mandalika.
Menyebut nama Mandalika, tidak akan bisa dipisahkan dengan Tradisi Upacara Bau Nyale yang rutin dilaksanakan antara bulan Februari dan Maret. Ada sejarah dibalik nama Mandalika dan Tradisi Upacara Bau Nyale ini.
Kisah Putri Mandalika dan Tradisi Upacara Bau Nyale
Ketika mendengar kata Mandalika, banyak orang yang mengingat kisah Putri Mandalika dengan tradisi Upacara Bau Nyale. Nyale sendiri dalam kisah itu dipercaya masyarakat Lombok sebagai penjelmaan Putri Mandalika.
Putri Mandalika adalah seorang putri yang cantik, baik hati, tidak sombong dan sangat disayangi oleh rakyatnya. Banyak Pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Namun sayang, karena persaingan itu, para pangeran akan melakukan perang untuk mendapatkan Putri Mandalika. Dan pemenangnyalah yang berhak bersanding dengan Putri.
Dengan dalih akan menentukan pilihannya, Putri Mandalika memerintahkan prajuritnya untuk mengundang rakyat dan semua pangeran datang pada tanggal 20 bulan 10 ke Pantai Seger. Namun, justru pada hari itu Putri mengorbankan dirinya dengan menenggelamkan diri ke laut agar pertumpahan darah itu tidak akan terjadi.