"Kapan mudik? Tahun ini lebaran di Yogya saja, ya! " Begitu kata ibu beberapa waktu lalu sebelum puasa. Katanya dia sudah kangen banget sama kami. Ini tahun kedua lebaran masih dalam masa pandemi corona. Pemerintah masih melarang untuk mudik. Saya membayangkan betapa sedihnya ibu, karena tahun ini anak-anaknya yang sebagian besar pergi merantau tidak bisa pulang. Sepi lagi.
Ibu, satu-satunya orangtua yang masih sugeng, ditinggalkan bapak untuk selamanya sejak 32 tahun yang lalu. Beliau menghidupi kami dengan sekuat tenaga, tidak ada keinginan menikah lag, meski waktu itu ada yang mau mempersuntingnya. Dengan 6 orang anak, yang mana pada saat ayah tiada si bungsu masih berusia 6 bulan dan si sulung kelas 1 SMA.
Aku, Ibu dan Pernikahan Adik Paling Bungsu
Ibu juga yang membawaku ke tanah impian, Makkah dan Madinah. Suatu hari di telepon, alat yang mendekatkan jarak kami, Batam - Jogja, berkata jika dia ingin ke Makkah tetapi hanya denganku. Jika tidak denganku beliau tidak mau pergi. Padahal waktu itu uang untuk pergi ke sana tidak ada sama sekali. Namun, 2 tahun setelah percakapan tersebut keinginannya diijabah. Kami berangkat ke Mekkah, tanpa keluar uang sepersen pun. Ada yang memberangkatkan kami, gratis. Alhamdulillah.
di-madinah-jpg-60804f60d541df7df4008202.jpg
Foto di atas adalah sesaat setelah kami menginjakkan kaki di Madinah. Setelah bebersih di hotel, shalat di halaman Masjid Nabawi.whatsapp-image-2019-04-28-at-15-18-58-1-60805041d541df2c251842f2.jpeg
Tanpa doa ibu, saya yakin tidak secepat ini bisa menginjakkan kaki di Tanah Haramain.Tetapi, saya sendiri belum bisa membahagiakannya.Cordelia Hotel Kartika Dewi Yogyakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI