Lihat ke Halaman Asli

Wiwid Dolianto

Suka Travelling

Peta Harta Karun [#1. The Series: Harta Karun Sang Kakek]

Diperbarui: 16 Oktober 2022   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Peta Harta Karun

Berenam kami menyusuri jalan pinggiran pantai yang berombak sangat besar di pesisir pantai Selatan pulau Jawa, dengan satu tujuan utama menemukan tempat dimana 'Sang Kakek' begitu kami memanggil beliau yang akan menemui kami. Beliau adalah seorang kakek dengan giginya yang sudah ompong dan tersisa hanya beberapa saja. Sang Kakek berjanji akan memberikan kami sebuah peta rahasia tempat disimpannya harta karun peninggalan Raja terdahulu. Harta itu nantinya akan kami gunakan untuk memperbesar modal utama bisnis property group kami.  

Kami bertemu dengan Sang Kakek di sebuah acara pameran bisnis property yang di selenggarakan di akhir tahun 2021 lalu di sebuah hotel di Jakarta. Sang Kakek bersama pak De orang dekat Sang Kakek menemui kami dan mengatakan bermaksud akan berinvestasi dengan memberikan sejumlah dana kepada group property kami, namun kami harus mengambilnya sendiri. Awalnya kami keberatan jika harus mengambilnya sendiri, apalagi lokasi cukup jauh dari Jakarta. Namun dengan beberapa pertimbangan dan semangat untuk memperbesar modal usaha property, maka kami bersedia untuk mengambilnya. Lokasi penyimpanan dananya berada di daerah pesisir Selatan Jawa Barat. Namun kami belum diberikan lokasi secara spesifik, nanti akan diberikan peta lokasi tepatnya. Begitu janji Sang Kakek kepada kami. 

Dan hari itu kami menepati janji untuk bertemu dengan Sang Kakek, tujuan utamanya adalah kami akan diberi sebuah peta rahasia untuk mengambil harta karun yang digunakan untuk berinvestasi Sang Kakek. Beberapa persyaratan sudah kami bawa sesuai permintaan Sang Kakek. Ada minyak wangi serta beberapa benda lainnya yang sudah kami persiapkan beberapa hari sebelumnya. Barang - barang kemudian kami packing dalam satu tas ukuran sedang. Tak lupa kami juga menyisipkan rokok serta beberapa keperluan Sang Kakek. 

Tepat jam 9 pagi hari tepatnya di hari Selasa awal tahun 2022 lalu kami sudah berada di tepi pantai Selatan, tempat kami diberikan lokasi untuk bertemu dengan Sang Kakek. Berenam kami berangkat dari Jakarta sekitar pukul 3 dini hari. Rasa kantuk masih kami rasakan, maklum beberapa hari sebelumnya banyak acara yang kami selenggarakan untuk acara pameran property serta kunjungan ke site proyek. 

Lokasi bertemu berupa sebuah warung makan yang berada persis di pinggir pantai, dengan ombak yang sangat besar dan banyak bebatuan terhampar di sekitarnya serta ditambah hujan gerimis yang baru saja turun memberikan suasana damai dan hawa dingin namun agak berbeda yang kami rasakan. Rasa kantuk dan hawa dingin karena hujan membuat kami tak kuasa menahan diri untuk segera berbaring sekedar melepas lelah di lesehan warung makan itu. Sebelumnya kami sudah menghabiskan satu teko penuh kopi, sarapan pagi serta sepiring pisang goreng namun ternyata suasana dan rasa kantuk belum hilang juga dan Sang Kakek yang sudah beberapa jam kami tunggu belum muncul juga. Deg - degan serta beragam rasa muncul ketika menunggu kedatangan Sang Kakek. 

"Apa iya ada seseorang mau berinvestasi kepada kita, dan kita yang mengambilnya sendiri. Dan baru kenal beberapa minggu lalu .. ", begitu muncul pertanyaan salah seorang dari kami. Sebut saja Ardi namanya, seorang praktisi bidang perfilman yang bergabung bersama sejak dua tahun lalu. Banyak acara pameran serta launching produk sudah kami selenggarakan dan beberapa diantaranya menghadirkan artis terkenal ibukota atas undangan dan perkenalan baik dengan Ardi. Kenapa nggak ditransfer saja ya ? Atau begini, mungkin Sang Kakek akan berinvestasi berupa emas batangan, atau lainnya .... . "Nantilah semua akan terjawab", begitu kami menutup diskusi. 

Adzan sholat Dhuhur sudah berkumandang dan itu berarti sudah 3 jam lebih kami menunggu tanpa ada komunikasi dengan Sang Kakek. Kami sudah berupaya menghubungi Sang kakek melalui telepon genggam dengan 2 nomor yang diberikan kepada kami. Namun tidak satupun pesan singkat, pesan suara maupun telpon yang dijawab oleh Sang Kakek. "Sabar saja, mungkin Sang Kakek ada urusan lain dulu atau hp nya ada masalah atau ada masalah lainnya. Kita tunggu saja setidaknya sampai sore hari ", begitu kata Kapten sebutan kami kepada ketua geng. Beliau adalah pensiunan Kapten kapal laut dan sudah berlayar ke seluruh dunia, kini beralih haluan di bidang property. Lebih dari 3 dekade beliau mengarungi lautan luas, kini Kapten beralih profesi di bidang tanah dan bangunan atau property. Agar seimbang kata beliau.    

Sudah menjelang jam 3 sore dan Sang Kakek yang kami tunggu belum muncul juga, kami jadi resah dan beberapa diantara kami sudah tidak sabar ingin segera kembali pulang ke Jakarta. Karena besok pagi sudah ada janji dengan salah satu klien yang akan berkunjung ke kantor kantor kami. Kantor kami berada di sekitar Jakarta dan sudah hampir 3 tahun ini beroperasi. Banyak sudah proyek properti yang kami buat, dan beberapa diantaranya adalah proyek kerjasama dengan pengembang properti besar di negeri ini.  

Kang Saepul berteriak lantang ditengah keresahan kami, "Nah ini yang dari tadi ditunggu, nih Kapten!". Ternyata ada sebuah amplop coklat berukuran sedang yang ditipkan oleh Sang Kakek kepada kami. Amplop coklat itu dititipkan Sang Kakek kepada Ibu warung makan pagi ini sekitar jam 6 pagi. Ibu warung makan itu tidak tahu kalau kami menunggu Sang Kakek. Dan ini memang pesan Sang Kakek kepada kami untuk merahasiakan pertemuan kami kepada siapapun. Ibu warung makan ini baru menginformasikan kepada kami setelah Kang Saepul ngobrol dan menceritakan tujuan kami berada di warung makan tersebut. Ibu pemilik warung juga sangat berhati - hati untuk tidak memberikan amplop coklat itu kepada sembarang orang, begitu pesan Sang Kakek kepada Ibu pemilik warung.  

Tidak sabar rasanya kami ingin segera membuka amplop coklat yang berisi peta harta karun yang telah dijanjikan Sang Kakek kepada kami. Begitu besar harapan kami terhadap peta serta harta karun tersebut, hal ini karena masih kami juga membutuhkan tambahan modal usaha property kami. Dan akhirnya saat yang dinanti tiba, Kapten membuka amplop coklat itu seraya berkata "Semoga hari ini menjadi awal melesatnya perusahaan kita, menjadi lebih berkah dan bermanfaat bagi umat". Sesaat kemudian Kapten mengambil secarik kertas yang berada dalam amplop coklat. Kertas kemudian dibaca oleh Kapten, namun ukuran kertas seukuran A4 itu tidak nampak ada tanda - tanda sebuah peta. Hanya berisikan beberapa kata yang terlihat samar karena Kapten duduk agak jauh dari kami.

"Sang Kakek butuh hp baru, punya beliau rusak karena hujan dan tidak sempat di selamatkan", ujar Kapten. Beliau mohon maaf sebelumnya karena tidak bisa bertemu sesuai janji jam 9 pagi ini karena ada urusan mendadak. Hari ini sebenarnya beliau mau beli hp, namun kartu ATM nya rusak nggak bisa terbaca, mungkin harus ganti. Kami kira Sang Kakek pasti ke Bank untuk urus penggantian kartu ATM. Sang Kakek pesan baru bisa ditemui nanti malam jam 12 malam. " Hah .. jam 12 malam, nggak bisa dong besok kan ada rapat penting", ujar Kang Saepul. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline