Kalau bicara soal cinta, seolah tidak akan pernah ada habisnya. Cinta terkadang hadir tanpa sengaja, bisa spontan begitu saja. Ketika cinta datang, hati terasa berbunga-bunga, perut rasanya dipenuhi ‘Kupu-kupu’, sensasi cinta begitu berbeda.
Ketika cinta hadir, kebahagiaan pun turut menghampiri. Hari-hari jauh lebih berwarna ketika dilalui bersama dia yang kita cinta. Namun, bagaimana dengan pengidap philophobia? Kamu, pastinya sudah nggak asing bukan dengan istilah psikologis yang satu ini, bukan?
Ya, philophobia, kelainan psikologis yang membuat pengidapnya merasa takut untuk jatuh cinta dan mencintai. Ketakutannya akan cinta begitu kuat, mereka merasa sulit bahkan terkadang mustahil untuk merajut dan mempertahankan hubungan cinta di dalam hidupnya.
Menukil dari laman Cleveland Clinic, philophobia sendiri berasal dari Bahasa Yunani. “Philos” artinya mencintai atau dicintai, dan “Phobos” (fobia) adalah kata Yunani untuk rasa takut.
Bila kedua kata tersebut dikaitkan, philophobia merujuk pada makna seseorang yang merasa takut untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Masih menyadur dari laman yang sama, ada berbagai faktor risiko dari seseorang yang mengidap philophobia. Di antaranya adalah.
Riwayat keluarga
Menyaksikan orang tua atau orang yang dicintai bergumul dengan fobia atau gangguan kecemasan mungkin membuatnya cenderung memiliki ketakutan yang sama. Seperti perceraian orangtua, misalnya.
Genetika
Beberapa penelitian menunjukkan, beberapa orang memiliki perubahan gen yang membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan fobia.
Fobia lainnya
Memiliki lebih dari satu fobia adalah hal yang umum. Seseorang yang takut akan cinta mungkin juga takut akan komitmen (gamophobia), penolakan, atau pengabaian.
Lalu, apa saja tanda-tanda dari seseorang yang mengidap philophobia?
Trauma menjalin hubungan