Lihat ke Halaman Asli

Biso Rumongso

Orang Biyasa

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (18)

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ringkasan sebelumnya:Bruno, sopir yang mengantar Ramon dan Arni, tertangkap orang-orang suruhan Jaka. Ia pun akhirnya bercerita kemana kedua penumpangnya pergi setelah mengalami siksaan. Selengkapnya…

Namanya perburuan biasanya orang yang diburu makin menjauhi orang yang memburunya. Ini sebaliknya, buruan itu secara tak terduga malah menghampiriorang yang memburunya.

Begitulah, Ramon dan Arni kini sedang menuju kapal pesiar yang juga ditumpangi Jaka dan Gofar. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu bukan hendak menyerahkan diri, mereka justru hendak bersembunyi karena di kapal pesiar ada, Jarot, kakak Arni.

Jakadan Gofar tentu saja tak bisa langsung gembira. Kapal pesiar mewah tersebut bukan wilayah kekuasaannya. Status Jaka di kapal itu sama seperti penumpang pada umumnya. Ia tak punya keistimewaan seperti selama ini dinikmati di daratan, di Surabaya dan Jakarta.

Adapun kehadiran Jaka dan Gofar di kapal itu karena undangan salah seorang pejabat penting di Jakarta. Pejabat tersebut meminta Jaka datang untuk menindaklanjuti rencana pendirian sebuah tempat hiburan malam paling mewah di ibukota.

Jaka ikut berperan atas karier pejabat tersebut. “Persahabatan” mereka sudah berlangsung lama saat sang pejabat berkarier di Surabaya. Karenanya, sang pejabat ingin melanjutkan persahabatan dalam sebuah bisnis tempat hiburan malam. Jaringan wanita malam yang dimiliki Jaka berpeluang untuk membesarkan bisnis itu.

Masalahnya, selain dengan Jaka, sang pejabat itu juga punya kongsi bisnis dengan seorang pengusaha Singapura. Jaka sudah mendengar nama besar pengusaha itu. Karenannya ia tak menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan si pengusaha di kapal pesiar yang akan berkunjung ke negeri Singa itu.

Ternyata selain kongsi bisnis, Jaka memperoleh pekerjaan tambahan baru. Pekerjaan itu adalah menangkap Ramon dan calon bininya. Jika itu terjadi di daratan, pasti mereka tak akan pusing karena punya banyak orang yang bisa diperintahkan menangkapnya.

Tapi ini di kapal milik orang asing. Keduanya harus berpikir keras bagaimana buruannya tetap bisa diamankan hingga dua tujuan di kapal pesiar itu tercapai semuanya.

***

Kapal pesiar itu seperti sebuah hotel bintang berjalan. Bukan hanya fasilitasnya lengkap, namun keamanannya sangat terjamin.

Selain memiliki kamar-kamar mewah, kapal itu juga dilengkapi kolam renang, tempat sauna, tempat karaoke, gym, lapangan golf mini, hingga kasino. Fasilitas terakhir itu ternyata banyak diminati orang-orang Asia, termasuk Indonesia.

Para penumpang kapal pesiar tersebut dipastikan dari kalangan berduit, karena tarifnya tidak murah. Mereka orang-orang eklusif.Biasanya dari kalangan pengusaha, pejabat yang sedang berkuasa, anaknya pejabat dan pengusaha sukses, atau mantan pejabat yang sudah kaya raya.

Sebelum masuk ke kapal, semua penumpang diperiksa. Tak dilarang membawa senjata api, namun selama di kapal pesiar, senjata itu harus dititipkan. Demikian halnya dengan senjata api milik Jaka dan Gofar.

Kapal itu dipimpin seorang kapten kapal asal Amerika Serikat. Sang kapten memiliki banyak deputi yang membawahi sejumlah area yang biasa dilewati. Jarot adalah salah satu deputi untuk wilayah Asia Tenggara. Dialah satu-satunya orang Asia Tenggara yang berhasil mencapai jabatan tertinggi di sebuah kapal pesiar.

Jalan panjang telah ditempuh Jarot untuk mencapai jabatan itu. Ia memulai dari bawah sebagai anak buah kapal yang bertugas semacam cleaning service. Namun keseriuan bekerja dan kejujuran membuat kehadirannya makin dipercaya.

Jarot juga orang yang mau belajar. Kemampuan menguasai sejumlah bahasa membuat pangkatnya terus meroket.

Banyak kawan-kawan seangkatannya iri sekaligus kagum. Mereka iri karena Jarot semakin dipercaya atasannya, namun sekaligus juga kagum karena ia merupakan sosok pekerja tak kenal lelah.

Jarot rela tak pernah pulang selama beberapa kali Lebaran karena harus terus berlayar dari satu negara ke negara lainnya. Ia tak mengeluh rumah tangganya berantakan karena terlalu mementingkan pekerjaan.

Setelah menjadi atasan, banyak anak buah kian mengangguminya. Ia merupakan sosok atasan yang paling respek dengan nasib anak buahnya. Mungkin karena Jarot memulai karier dari bawah sehingga selalu punya empati pada orang-orang di bawahnya.

Jarot mengangkat telepon dari Yati, adiknya.

“Mas, Jaka ternyata ada di kapal pesiar tempat mas Jarot kerja. Jadi gimana nih, Mas?”

“Ah, yang bener kamu Yat.”

“Bener mas. Aku juga gak nyangka. Mas Jarot ngomong saja sama Mas Ramon ya?” Yati lalu memberikan handphonenya ke Ramon.

“Maaf Mas. Ganggu terus….” Ramon buru-buru mengawali pembicaraan dengan calon kakak iparnya itu.

“Kamu yakin orang jahat yang memburu kalian ada di sini.”

“Bener mas. Informasinya A1.” Ramon serius seraya menjelaskan darimana informasi itu. Yakni, dariJamila, istri Jaka yang disia-siakan,

“Nama lengkapnya siapa? Nanti saya periksa,” tanya Jaka seraya meluncur ke ruang data yang tak jauh dari ruang kerjanya.

“Nama aslinya Sujoko, namun biasa dipanggil Jaka. Kelahiran Surabaya. Satunya lagi Gofar, anak buah Jaka.”

Percakapan terhenti sejenak karena Jarot sedang mengetik nama itu di ruang data. Hap, nama itu benar-benar muncul.

“Wah bener mereka ada di sini. Mereka akan ikut ke Marina Bay. Dari sana mungkin kembali ke Jakarta atau Surabaya menggunakan pesawat.” Jarot menelepon kembali Ramon, membenarkan temuannya.

***

Kini Jarot harus berpikir keras, bagaimana agar adiknya bisa sampai ke kapal bukan hanya dengan selamat, tapi tak diketahui Jaka. Ia juga berpikir bagaimana akan memperlakukan kedua orang yang akan melukai adiknya itu. Mereka juga penumpang yang harus ia dilindungi.

Jarot lalu menelepon anak buahnya yang sedang membawa motor boat yang ditumpangi Ramon dan Arni . Ia memberikan sejumlah petunjuk yang langsung dijawab dengan siap oleh sang anak buah tersebut.

Kapal motor yang ditumpangi Ramon dan Arni berbelok kearah pulau, tak jadi menuju ke kapal pesiar yang sudah terlihat dari kejauhan. Ramon dan Arni pasrah. Mereka yakin pilihan itu adalah pilihan terbaik demi keselamatannya.

Jarot memprediksi, Jaka dan Gofar sedang mengawasi penumpang yang keluar masuk ke kapal itu. Dengan demikian jika Ramon dan Arni datang menggunakan pintu biasa, kehadirannya di kapal itu akan diketahui.

Sebagai sosok yang telah menguasai seluk beluk kapal sekaligus menguasai trik-trik mengecoh pembuat onar di kapal, tak terlalu sulit bagi Jarot untuk mengamankan kehadiran adiknya di kapal itu.

Ramon dan Arni di tempatkan di sebuah cottage di pulau itu untuk sementara. Saat kapal akan meninggalkan pulau, Jarot membuat upacara dadakan. Tentu saja setelah ia melapor kepada kapten kapal tentang maksud dan tujuan diadakannya upacara itu.

Sejumlah petugas kapal dan cottage di pulau itu dikerahkan. Sebagian penumpang kapal, apalagi Jaka dan Gofar diperkirakan menyaksikan upacara tersebut. Nah, saat itulah, anak buah Jarot membawa Ramon dan Arni menggunakan sekoci menuju sebuah pintu darurat di kapal pesiar itu.

Skenario itu sukses 100 persen. Jaka dan Gofar hanya bisa saling berpandangan. Kemana gerangan dua mahluk yang sedang diburunya, sementara kapal pesiar mulai berlayar meninggalkan pulau? (Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline