Lihat ke Halaman Asli

Biso Rumongso

Orang Biyasa

Tetanggaku: Siapakah Suaminya? (Cerpen Tandem)

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ringkasan: Saya Herman, 40 tahun, sedang kesal dengan istri yang diduga berselingkuh. Tapi tiba-tiba seperti mendapat durian runtuh. Saya berkenalan dengan Reni, tetangga baruku yang muda dan cantik itu. (Tetanggaku: Cerpen Eddy Roesdiono)

Hemm, ruang tamu rumah Reni, tetangga baruku masih tampak acak-acakan. Perabotan pindahan rumah masih menumpuk dalam kardus. Aku mencoba menebak-nebak kemungkinan profesi keluarga wanita cantik ini, namun tak mudah.

Konsentrasiku lalu ke arah kotak meteran listrik yang disebut Reni. Lalu aku hidupkan saklar meteran yang mati itu. Ternyata tidak mau menyala. "Aku periksa dulu deh sekeringnya," ucapku seraya mencari posisi sekering.

Reni sendiri tampak kaget mendengar ucapanku barusan. Mungkin ia sedang memperhatikan aku selama memeriksa meteran. Ia pun buru-buru berusaha menutupi kekagetannya dengan mengatakan: "Kalau begitu saya akan buatkan minuman buat Pak Herman. Dingin atau panas, Pak," katanya seraya bergerak meninggalkanku ke arah dapur.

"Nggak usah repot-repot mbak, eh dik," jawabku ikut-ikutan kagok. Ia merasa lebih pantas memanggil dik, karena Reni pasti jauh lebih muda darinya.

Setelah melepaskan sekering dan memeriksanya, aku pastikan alat kecil itu putus. Aku minta izin Reni untuk pulang ke rumah mengambil sekering cadangan. Dari dapur, Reni berkata basa-basi. "Wah jadi ngerepotin banget ya," ucapnya.

Begitu saya muncul lagi dengan membawa sekering, Reni mengulang perkataan terakhirnya. "Wah jadi ngerepotin banget ya?"

"Ah biasa saja. Tetangga kan seperti saudara. Harus saling tolong menolong," ujarku berusaha sopan.

Saat memasang sekering listrik aku mencoba meliriknya. Kali ini Reni cuek saja. Lama-lama aku jadi berani menatapnya langsung. Sebagai lelaki, aku segera tertarik dengan kecantikannya, membayangkan kemolekan tubuhnya.

Bayangan itu bahkan semakin liar seolah sengaja hendak menantang perbuatan istriku yang diduga telah berselingkuh dengan lelaki lain. "Kalau dia (istriku) bisa mengapa aku tidak," pikirku.

Setelah sekering dipasang ternyata masih tersendat-sendat. Naluri sebagai lelaki berpengalaman dengan kelistrikan langsung menerka dimana penyebabnya. "Ini pasti ada yang korsleting. Maaf saya periksa satu per satu lampunya ya?," ucap saya seraya meraih saklar ruang tampu yang tak jauh dengan posisiku berdiri dan menyalakannya. "Yang ini nggak masalah,"kataku lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline