Lihat ke Halaman Asli

Biso Rumongso

Orang Biyasa

Mamat yang Inspiratif

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mamat hanya tersenyum saat membaca pengumuman lomba membuat tulisan inspiratif di kantornya.  Ingin rasanya ia ikutan lomba itu, tapi apa daya, ia bukan golongan yang memenuhi syarat dalam perlombaan yang dimaksud.

“Tapi kalaupun boleh, mana aku bisa menulis. Aku kan bukan jurnalis,”kata Mamat seolah membuyarkan lamunan yang dibikinnya sendiri.

Ya Mamat sudah setahun lebih bekerja di perusahaan  tersebut sebagai office boy (OB). Ia senang meski posisinya sebagai karyawan paling bawah dengan status outsourcing pula. Mamat bahkan merasa seperti bagian dari keluarga besar di perusahaan tersebut.

Ia hafal dengan kebiasaan hampir semua karyawan di perusahaan itu. Ia juga mengenal karakter masing-masing bidang seperti di bagian wartawan, SDM, TI, produksi, sekertaris redaksi dan sebagainya.

“Tak ada yang bisa mengerjakan semua bagian. Setiap orang punya keahlian masing-masing, “ pikir Mamat sambil mencuci gelas-gelas kotor yang menjadi salah satu tugas kesehariannya.

Dan untuk bisa ahli, tak bisa diperolehnya secara gratis. Harus sekolah, belajar tiada henti, dan latihan setiap hari. “Tapi selain itu, nasib seseorang juga ikut menentukan,” ucap Mamat lagi, lalu tersenyum sendiri.

Ia lantas membandingkan dengan rekan-rekan sekolahnya di SMA yang masih menganggur. Cerita para karyawan lain yang ia kenal juga seperti itu. Banyak sarjana pengangguran di luar sana. Membayangkan itu, Mamat merasa bersyukur.  Paling tidak nasibnya masih lebih baik dibanding beberapa kawan sekolahnya.

Karena hidupnya dipenuhi rasa syukur, Mamat menjalankan kesehariannya tanpa beban. Ia pun seolah menjelma menjadi OB paling dikenal di kantor tempatnya bekerja. Sebaliknya Mamat bukan hanya kenal orang per orang, ia juga hafal selera setiap orang di kantor tersebut.

“Mat, beri aku inspirasi dong. Aku disuruh bikin tulisan inspiratif nih,” ucap seorang wartawan mengagetkan Mamat.

Namun Mamat sadar bahwa wartawan itu tak serius minta pendapatnya. Karena itu ia juga tak menanggapinya. “Bagaimana kalau saya bikinin kopi, bos,” ucap Mamat.

Wartawan itu mengangguk. Mamat pun langsung mengambil cangkir dan menyeduh kopi saset merek tertentu yang menjadi favorit sang wartawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline