Lihat ke Halaman Asli

Wita Sapitri

Mahasiswa UNTAN

Kisah Keluarga yang Tidak Memiliki Rumah dan Mendapatkan Bantuan PKH

Diperbarui: 16 Mei 2024   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

        

         Di Desa Sungai Beliung Pontianak Barat ada seorang ibu bernama Maryanis yang berusia 48 tahun lahir di Kota Pontianak. Pendidikan terakhir Ibu Maryanis adalah SLTA/ Sederajat. Ibu Maryanis adalah seorang ibu rumah tangga, setiap hari senin sampai hari jumat pukul 06.30 WIB dan Pukul 14.30 WIB dia mengantar dan menjemput anaknya yang sedang sekolah menggunakan motor. Suami ibu Maryanis bernama Zakri berusia 52 tahun yang bekerja sebagai buruh harian lepas yang kerjanya tidak pasti seperti membersihkan lahan sayur milik orang lain dan buruh bangunan. Penghasilan suami ibu Maryanis sebesar Rp.1.000.000,00- Rp.2.000.000,00 per bulan dengan tanggungan sebanyak 5 orang. 

Tingkat pendidikan terakhir suami ibu Maryanis adalah SLTA/Sederajat. Pengeluaran keluarga ini dalam sebulan sebesar Rp.1.800.000,00 yang digunakan untuk membeli sayur, bensin motor, listrik, leding dan wifi, sedangkan Rp.200.000,00 ditabung untuk biaya anaknya sekolah. Mereka memiliki 3 orang anak. Anak pertama berusia 20 tahun (laki-laki) dengan tingkat pendidikan terakhir SMA/Sederajat. Anak pertama dari ibu Maryanis dan bapak Zakri tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya lebih lanjut, selain itu dia juga memiliki 2 orang adik yang juga masih sekolah. 

Pada tahun 2021 dia pernah mendaftar menjadi tentara, namun dia tidak lulus dalam seleksi karena pada saat itu dia sakit tipes sehingga harus menjalani perawatan di puskesmas yang lokasinya dekat dengan rumah mereka. Setelah dia sembuh, dia memutuskan untuk bekerja sebagai buruh harian lepas di Pasar Flamboyan sebagai tukang angkut barang-barang dengan penghasilan Rp.80.000,00 per hari. Anak ke-2 dari Ibu Maryanis berusia 15 tahun (laki-laki) sekolah di SMP Pontianak Barat. Sedangkan anak ke-3 berusia 7 tahun (perempuan) sedang sekolah kelas 2 SD di Pontianak Barat.

        Keluarga ibu Maryanis belum memiliki rumah sendiri sehingga mereka harus menumpang di tempat ayahnya bernama Bakri yang berusia 60 tahun, sedangkan istri dari ayah Maryanis sudah lama meninggal karena sakit. Dalam satu rumah mereka berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang tuanya, Ibu Maryanis dan suami beserta ke-3 anaknya dan 1 orang saudaranya bernama ibu Gustia dan suami serta ke-2 anaknya. Luas rumah mereka dengan panjang 18 m dan lebar 14 m seluas tanah yang mereka miliki. 

Adapun dinding rumah mereka dari bahan triplek, atap seng, lantai keramik dan pintu rumah mereka menggunakan kayu dan teras depan rumah mereka cukup besar dengan panjang 4 m dan lebar 3 m yang digunakan untuk menjemur pakaian dan tempat parkir motor. Adapun jumlah ruangan yang ada di rumah keluarga ini sebanyak 6 rungan yang terdiri dari 3 kamar masing-masing dengan panjang 2 m dan lebar 2 m, 1 ruang tamu dengan panjang 3 m dan lebar 2 m, 1 gudang panjang 2 m dan lebar 1 m, serta 1 ruang dapur dengan panjang 3 m dan lebar 2 m. 

      Keluarga ibu Maryanis mandi, mencuci piring serta mencuci pakaian di wc sendiri dengan air leding dengan biaya sebesar Rp.200.000,00 perbulan, namun jika tidak ada air leding maka mereka menggunakan air hujan bahkan dengan air parit. Keluarga ini makan sebanyak 3 kali sehari dan memasak nasi menggunakan rice cooker dan kompor untuk memasak sayur dan air minum. 

Mereka memiliki 2 kulkas namun kulkas yang 1 rusak sehingga dipakai untuk tempat perabotan ukuran yang kecil seperti mangkok dan sendok, sedangkan kulkas yang satunya digunakan untuk tempat sayur dan daging. Keluarga ibu Maryanis menggunakan listrik sebesar 900 watt yang digunakan untuk memasak nasi, mengisi daya 3 hp, 1 kipas angin dan penerang dengan biaya Rp.150.000,00 per bulan dan pengeluaran wifi sebesar Rp.243.00,00 per bulan. Ibu Maryanis dan keluarga memiliki 2 motor yaitu motor beat tahun 2014 yang digunakan oleh ibu Maryanis untuk mengantar anak ke sekolah dan motor vario tahun 2020 digunakan oleh suami dan anaknya bekerja. Ibu Maryanis dan ibu Gustia sama-sama membeli bahan makanan, listrik dan wifi yang pembayarannya dibagi dua perkeluarga.

Dokumentasi pribadi

       Ibu Maryanis mendapatkan bantuan PKH untuk anak sekolah sejak tahun 2010 secara rutin setiap tahunnya. Hingga pada bulan Juli tahun 2023 ibu Maryani mendapatkan bantuan PKH untuk anak sekolah dari pemerintah berupa uang tunai sebesar Rp.600.000,00 per 2 bulan sekali dan bantuan dari desa berupa beras 10 kg per 2 bulan sekali. Anak ibu Maryanis yang mendapatkan bantuan PKH adalah anak ke-2 sebesar Rp.400.000,00 dan untuk anak yang ke-3 sebesar Rp.200.000,00. Bantuan PKH dari pemerintah dapat meringankan pengeluaran untuk biaya pendidikan anak mereka sekolah, meskipun bantuan tersebut tentu belum cukup untuk memenuhi segala keperluan mereka.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline