Lihat ke Halaman Asli

Hangatnya Cinta, Putihnya Salju di Ketinggian 10.000 FT

Diperbarui: 20 Juli 2017   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titlis. Ya, lokasi itu masuk list utama saat suami memilih Swiss sebagai destinasi terakhir wisata kami seusai ke Italia dan Perancis. Entah kenapa sejak membaca satu kisah perjalananan seorang traveler kesana, Titlis menjadi lokasi impian saya. Titlis adalah nama sebuah gunung di jajaran pegunungan Alpen, Swiss. Puncaknya diselimuti salju sepanjang masa, karena letaknya 3020m dari permukaan laut.  

Keberadaan salju abadi itu (mungkin) yang menjadi daya tarik saya dan jutaan wisatawan lain. Khususnya dari Asia Tenggara dan Asia Selatan (India) yang tidak mengenal salju. Tak heran bila musim panas (Juni-September) maka yang mendominasi wajah wajah mereka ini. Sementara wisatawan Eropa lebih suka datang pada bulan Desember-Mei. Tepat di musim dingin saat salju turun menebal hingga mereka leluasa bermain ski.

Perjalanan dimulai dari kota tua Lucerne tempat kami menginap di Swiss. Dari sana kami menuju ke desa/kota Engelberg dengan KA selama 50 menit sebelum naik ke puncak Titlis. Oh ya, untuk wisata selama 2 hari di Swiss kami membeli 2 days tourist pass seharga 170 CHF per orang (1CHF=12 ribu, jadi sekitar 2 juta rupiah). Sepintas terlihat mahal, namun dibandingkan membeli satu persatu tiket masuk lokasi wisata atau tiket kereta api/bis/boat, maka tampak nyata sekali penghematannya. Contohnya untuk single trip ke Mt Titlis kita harus mengeluarkan kocek 120 CHF!

Memakai Tourist Pass membuat kita leluasa berkunjung ke pelbagai objek wisata di seantero Swiss tanpa pembatasan transportasi dan tiket masuk selama 2 hari itu. Caranya sangat praktis dimana kita tinggal menunjukkan kartu itu kepada petugas/pemeriksa. Penggunaannya mirip dengan kartu pass DUFAN. Bedanya ada beberapa pilihan hari yang mana semakin lama harinya perbandingan harga perharinya makin murah.  

Tiba di stasiun Engelberg, kami bergegas menuju ke area pendakian.  Tentu kita tidak perlu repot mendaki karena tersedia fasilitas cable car yang siap membawa wisatawan langsung ke puncak Titlis. Cable car pertama di dunia itu melewati tiga tingkatan, yaitu Gerschnialp (1.262 m), Trubsee (1.796 m), dan Stand (2.428 m), sebelum sampai di puncaknya. Ada 3 jenis cable car yang digunakan. Pertama cable car konvensional yang muat 6 orang, kemudian Rootair, sejenis cable car berbentuk persegi panjang yang muat 40 orang. Dan yang terakhir Revolving cable car yaitu sejenis cable car yang bisa berputar 360 derajat, yang digunakan menuju ke puncak.

Well, untuk seseorang yang takut ketinggian seperti saya, tentunya bukan hal yang aneh jika bulu kuduk terus saja berdiri selama 40 menit ber cable car ria. Tapi sejujurnya ‘ngeri-ngeri sedap’, meminjam istilah Soetan Bathoegana seorang politisi partai Demokrat yang terkena kasus KPK. Mengapa demikian, karena pemandangan yang tersaji di luar cable car rrruar biasa indah dan mempesona. Alam ciptaan Tuhan terlihat begitu besar dan menakjubkan, sementara kita bagai noktah kecil makhluk yang tak berdaya.

Speechless! Saya dan suami hanya terdiam hening saat tiba di puncak. Perasaan campur aduk melihat hamparan salju putih melapisi Titlis dan sekelilingnya. Panorama yang benar-benar menggetarkan dan fantastis! Sebagai satu puncak gunung dengan glacier abadi yang bisa diakses langsung oleh masyarakat umum, tak salah jika Titlis dijuluki sebagai untaian mutiara yang berkilau  di mahkota Swiss.

Kamipun larut dalam keriaan bersama wisatawan lain bak anak-anak kecil yang sedang bermain di karpet salju. Ada yang main lempar-lemparan salju, trus juga saling dorong di tumpukan salju sampai terjatuh..pokoknya iseng dan asyik bingitz deh! Keberuntunganpun berada di pihak kami. Meski sudah memasuki musim dingin (akhir oktober) dimana suhu dibawah 0 derajat, matahari masih sudi bersinar cerah sehingga acara berkodak ria berjalan sukses. Jepretan saya dan suami dibantu beberapa wisatawan Indonesia yang (ternyata banyak!) kami temui disana hasilnya bak mahakarya. Dinginnya suhu dengan hembusan angin yang menusuk tulang tidak menyurutkan minat kami untuk menjelajahi setiap sudut penjuru puncak Titlis tersebut. Sejauh mata memandang hamparan salju seputih kapas memenuhi ruang mata kami.

Ternyata putihnya salju menambah kehangatan cinta saya dan suami yang sampai tahun 2014 telah menjalani kehidupan berdua beriringan selama kurun waktu 25 tahun. Alhamdulillah kami diberi nikmat kesehatan,  kesempatan dan rizki dari Allah SWT untuk bisa merayakannya di tempat yang begitu indah, di ketinggian 10000 feet! Terima kasih ya Allah, terima kasih my beloved husband Rifol Sartuni, sebuah gift yang sooooo wonderful, amazing & unforgettable!

#CatatanPerjalananWisataEropaOktober2014#

Salam hangat,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline